Jepang Berubah dari Kekaisaran Militer Jadi Negara Penjual Fantasi, Apa Pemicunya?

Jepang Berubah dari Kekaisaran Militer Jadi Negara Penjual Fantasi, Apa Pemicunya?
Pokemon GO. Foto: Niantic

"Interaksi kami dengan Jepang tidak diwarnai perang atau ekonomi. Interaksi kami dengan Jepang diwarnai permainan."

"Dan permainan itu sangat mengubah cara kita dan dunia memandang Jepang."

"Citra Jepang banyak berubah karena generasi-generasi berikutnya dibesarkan dalam fantasi Jepang, bukan citra Jepang sebagai penjajah."

Jutaan generasi muda secara tidak sengaja diperkenalkan dengan berbagai aspek budaya Jepang: mulai dari makanan, bahasa, hingga seni bela diri dan agama.

'Kekerasan, tema dewasa, konten seksual'

Terobosan signifikan lainnya datang ketika Marvel Comics, perusahaan komik terbesar Amerika pada tahun 1980an, mengimpor dan melokalisasi serial manga cyberpunk Jepang berjudul Akira.

Ceritanya berkisar pada protagonis remaja Sh?tar? Kaneda dan teman-temannya, yang dengan ceroboh berkeliaran di jalan-jalan dunia "neo-Tokyo" pasca-perang, yang penuh dengan korupsi, protes anti-pemerintah, terorisme, dan kekerasan geng motor.

Serial manga ini akhirnya diadaptasi menjadi film anime yang sangat populer pada tahun 1988, dengan memperkenalkan lebih banyak tema dewasa, yang biasanya tidak digambarkan dalam kartun dan animasi Amerika.

Awalnya menjadi sebuah kegagalan di Jepang. Tapi setelah memasuki pasar luar negeri, Akira langsung menjadi hit di kalangan anak-anak dan remaja karena dianggap kartun yang unik dengan tema dewasa "darah, nyali, darah kental, dan seks".

Bagaimana animasi mengubah Jepang yang dianggap jadi ancaman militer saat perang dunia, menjadi negara yang menawarkan fantasi dan impian bagi anak muda

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News