Jepang Butuh 350 Ribu Pekerja Lulusan SMK, Indonesia Hanya Pasok 100 Ribu
Untuk menghilangkan image lulusan SMK kebanyakan nganggur, Bakhrun mengungkapkan, pihaknya gencar mencari lapangan kerja baik di dalam maupun luar negeri. Caranya dengan menggaet dunia usaha maupun industri. Ini agar anak-anak lulusan SMP yang mengalami keterbatasan biaya bisa lanjut ke SMK karena ada jaminan langsung kerja.
"Banyak yang bilang lulusan SMK kebanyakan jadi pengangguran. Indikatornya dilihat dari data BPS tapi mereka lupa cara pengambilan datanya kayak apa," ucapnya.
Dia mencontohkan, dasar perhitungan usia produktif berapa sampai berapa? BPS dan Bappenas bilang 15 tahun sampai 65 tahun. Berarti kalau pegawai swasta usia 58 tahun, di rumah nongkrong karena sudah pensiun, itu masih dianggap pengangguran?
Begitu juga usia siap kerja menurut Kemenaker 18 tahun. Sedangkan data BPS dan Bappenas menyebutkan tenaga kerja usia produktif 15 tahun ke atas.
"Nah perbedaan indikator inilah yang seolah-olah menunjukkan pengangguran terbesar dari lulusan SMK," tandasnya. (esy/jpnn)
Lulusan dari tiga SMK akan dikirim ke Jepang melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia alias BNP2TKI.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- Himsataki Taruh Harapan Besar pada Menteri Perlindungan PMI dan Menaker yang Baru
- Kemendikbudristek & Kemendag Siapkan Lulusan SMK Jadi Bagian Rantai Pasok Industri
- Kisah Inspiratif Ulfatun Nikmah, Anak Tukang Ukir & Lulusan SMK yang Raih Gelar Magister FEB UGM
- SMK Gratis Harus Menjamin Mutu Lulusan Sesuai Kebutuhan Industri
- Konsep Link and Match, Ganjar: 100 Persen Lulusan Diterima Kerja Bukan Mimpi Siang Bolong
- Gus Muhdlor Beberkan Trik untuk Tekan Pengangguran Lulusan SMK di Sidoarjo