Jepang dan Korsel Perang Dagang, Raksasa Teknologi Kalang Kabut

jpnn.com, SEOUL - Perang dagang muncul lagi. Kali ini Jepang dan Korea Selatan alias Korsel saling lempar ancaman sanksi ekonomi. Yang pusing adalah pelaku bisnis teknologi dua negara.
Jepang sudah lebih dulu menetapkan sanksi ekonomi. Pekan lalu rezim Shinzo Abe mengumumkan bakal mengontrol pengiriman tiga komoditas menuju Korsel. Yakni, fluorinated polyamides, photoresists, dan hydrogen fluoride. Tiga barang tersebut merupakan produk yang dibutuhkan produsen memory chip di Korsel.
"Ini adalah tindakan yang perlu dilakukan untuk keamanan negara," ungkap Wakil Sekretaris Kabinet Kotaro Nogami kepada CNN.
Kubu Jepang bersikeras bahwa sanksi tersebut bukanlah langkah politik. Namun, upaya pencegahan untuk menjamin keamanan global.
Mereka menuduh Korsel telah menyelundupkan komoditas teknologi tinggi ke Korea Utara. Padahal, negara yang dikuasai Kim Jong-un itu masuk daftar hitam terhadap semua pengiriman komoditas teknologi tinggi.
BACA JUGA: Perang Dagang Lagi, India Naikkan Tarif Produk AS
Namun, komentar yang keluar dari pejabat berbeda. Kebanyakan menyebut Korsel sebagai pihak yang sudah merusak hubungan baik antar tetangga. Menurut media, Jepang marah karena Korsel bersikeras meminta kompensasi terhadap buruh paksa pada zaman penjajahan.
Versi Jepang, masalah itu sudah selesai saat kedua negara menandatangani perjanjian perdamaian pada 1965. Namun, Korsel merasa perjanjian itu tak adil karena dilakukan saat junta militer berkuasa.
Perang dagang muncul lagi. Kali ini Jepang dan Korea Selatan alias korsel saling lempar ancaman sanksi ekonomi. Yang pusing adalah pelaku bisnis teknologi dua negara.
- Awas, Pemegang Kripto Harus Waspada pada Perang Dagang AS vs China
- Kementan Bersama NCA dan UGM Menggelar Konsultasi Bekerja di Pertanian Jepang
- FIBA Asia Cup 2025 Qualifiers: Laga Indonesia Vs Korsel Ditonton Menpora Dito
- Krisis Pangan Global Mulai Terjadi, Bagaimana Status Indonesia?
- Mentrans Iftitah Harap Jepang Berinvestasi di Kawasan Transmigrasi
- Belajar dari Jepang, Program MBG Perlu Kolaborasi Semua Pihak