Jerman vs Argentina, Ulangan Drama di Roma

Jerman vs Argentina, Ulangan Drama di Roma
Jerman vs Argentina, Ulangan Drama di Roma

Dalam pernyataannya seperti yang dikutip di Goal, Sabella menganggap pencapaian anak asuhnya kali ini sebagai sebuah torehan sejarah bagi Argentina.

"Saya sengat gembira dengan berbagai alasan. Yang pasti, karena kami bisa membuat sejarah dengan melenggang ke babak final Piala Dunia," ujarnya dalam konferensi pers setelah laga semifinal di Sao Paulo.

Pelatih yang berjuluk El Mago itu pantas menyatakan kepuasannya dengan pencapaian timnya sejauh ini. Karena, sejak babak fase grup, performa anak asuhnya banyak diragukan mampu bersaing dengan kompetitor Piala Dunia lainnya. Termasuk jika dilihat dari ketajaman pemainnya.

Sekedar catatan, Argentina menjadi negara dengan produktivitas terendah dibandingkan tiga negara kompetitor semifinal lainnya. Hanya delapan gol diciptakan Argentina sejak babak fase grup. Bandingkan dengan Jerman yang menggila dengan 17 golnya, termasuk kala menghajar Brasil di babak semifinal sehari sebelumnya dengan skor telak 7-1.

Dalam pernyataanya, Sabella juga menyatakan rasa hormatnya kepada Jerman yang lebih punya histori bagus ketika bersua dengan Argentina. Hanya, untuk partai final, Sabella tetap menegaskan anak asuhnya kembali mengincar korban lain demi trofi Piala Dunianya yang ketiga.

Secara terbuka, Sabella memuji bagaimana tradisi sepakbola Jerman di level dunia. "Tim Jerman selalu menunjukkan kemampuan fisik yang kuat, taktik dan mental yang hebat. Mereka juga punya banyak legenda besar, mulai dari (Karl Heinz) Rummenigge, (Wolfgang) Overath, (Franz) Backenbauer dan lainnya," pujinya.

Terpisah, Joachim Loew mengusung anak asuhnya ke Maracana demi mengakhiri puasa gelarnya sejak edisi Italia 1990. Bukan hanya itu, final kali ini juga menjadi titik tertinggi Loew dalam membawa Die Mannschaft menguasai Piala Dunia dan Euro beberapa tahun terakhir.

Kepada Sky Sport, Loew mengakui laga final kali ini bakal jauh berbeda seperti laga-laga lainnya. Datang merepresentasikan benua Eropa, Jerman membawa target mengakhiri kutukan tim Eropa yang sulit menjuarai Piala Dunia ketika dilangsungkan di benua Amerika.

RIO DE JANEIRO - Diego Armando Maradona pasti masih mengingat betul drama yang terjadi di Stadion Olimpico, Roma, 8 Juli 24 tahun silam. Mimpinya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News