JHT

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

JHT
Ilustrasi buruh. Foto: Ricardo/JPNN.com

Baudrillard menggambarkan kondisi masyarakat pada 1983 ketika ‘’Simulation’’ diterbitkan. Empat puluh tahun kemudian, sekarang ini, kita merasakan bagaimana rasanya hidup dengan simulasi dan simulacra.

Kebudayaan dewasa ini adalah sebuah representasi dari dunia simulasi, yakni dunia yang terbentuk dari hubungan berbagai tanda dan kode secara acak, tanpa referensi relasional yang jelas. Hubungan ini melibatkan tanda real (fakta) yang tercipta melalui proses produksi, serta tanda semu (citra) yang tercipta melalui proses reproduksi.

Apa yang kita saksikan setiap hari adalah pencintraan yang diciptakan secara rapi dan terpeinci melalui sebuah orkestrasi yang dipimpin oleh seorang dirigen. Citra dan fakta menjadi kabur.

Dalam dunia simulasi, keduanya saling menumpuk dan berjalin berkelindan membentuk satu kesatuan.

Tidak dapat lagi dikenali mana yang asli, yang riil, dan mana yang palsu, yang semu. Semuanya menjadi bagian realitas yang dijalani dan dihidupi masyarakat. Simulakra atau simulacrum adalah sebuah dunia yang terbangun dari sengkarut nilai, fakta, tanda, citra dan kode.

Realitas tak lagi punya referensi, kecuali simulacra itu sendiri. Dalam era postmodern, prinsip simulasi menjadi panglima, di mana reproduksi--dengan teknologi informasi, komunikasi dan industri pengetahuan--menggantikan prinsip produksi, sementara permainan tanda dan citra mendominasi hampir seluruh proses komunikasi manusia.

Melalui gerakan yang masif di media sosial, para buzzer mendengungkan berbagai berita yang lebih banyak berdasarkan citra daripada fakta. Orkestrasi yang masif oleh para buzzer memengaruhi opini publik sesuai dengan yang dikehendaki oleh orkestrasi.

Dalam masyarakat simulasi seperti ini, segala sesuatu ditentukan oleh relasi tanda, citra dan kode. Identitas seseorang tidak lagi ditentukan oleh dan dari dalam dirinya sendiri. Identitas kini lebih ditentukan oleh konstruksi silang-sengkarut tanda, citra, dan kode yang membentuk cermin bagaimana seorang pemimpin digambarkan oleh rakyatnya.

JHT itu bukan uang pemerintah, tetapi milik para pekerja yang dikumpulkan rupiah demi rupiah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News