Jihad dan Tawuran
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Dengan semangat seperti ini, arek-arek Suroboyo tidak takut menghadapi 30 ribu tentara Inggris yang terlatih dan profesional serta dilengkapi dengan senjata tercanggih pada zamannya.
Moralitas pasukan Inggris ketika itu sangat tinggi, karena baru saja menang perang setelah tentara Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, setelah Nagasaki dan Hiroshima hancur oleh bom atom Amerika Serikat.
Tentara Jepang menyerah dan dilucuti di mana-mana, termasuk di Indonesia.
Inggris mendarat di Surabaya dengan mengultimatum pemimpin Republik Indonesia untuk menyerahkan semua senjata dan menerima tentara Sekutu sebagai penguasa baru menggantikan Jepang.
Para pemimin republik menyarankan warga Surabaya untuk tidak melawan.
Akan tetapi, arek-arek Suroboyo menolak.
Mereka siap mempertahankan kemerdekaan dengan risiko apa pun.
Ancaman bumi hangus oleh tentara Inggris dianggap sebagai angin lalu.
Semangat jihad membara. Hal tersebut terlihat dari orasi Bung Tomo yang selalu memekikkan Allahu Akbar pada setiap pembuka dan penutup pidatonya.
- Gagalkan Tawuran di Jakarta Pusat, Polisi Sita 4 Celurit
- Diduga Salah Sasaran Tawuran, Kurir Disiram Air Keras di Cilandak
- SMSI Gelar Seminar Nasional, Tunda Usulkan RM Margono Djojohadikusumo Jadi Pahlawan
- Tawuran Berulang di Gambir Jakpus, Kombes Susatyo Buru Provokator
- Polres Jakarta Pusat Tangkap 3 Pemuda Bersenjata Tajam Terlibat Tawuran
- Tuan Rondahaim Saragih: Pahlawan Nasional 2025 Asal Sumatera utara, Ahli Strategi Perang Gerilya Melawan Belanda