Jihad Tidak Harus Menggunakan Senjata
Menurut dia, jihad tidak harus berperang melawan bangsanya sendiri seperti yang dilakukan kelompok radikal
Selama ini, kelompok radikal menganggap pemeritah ini adalah thogut sehingga perlu diperangi.
Kelompok seperti itulah yag menurutnya tidak memahami permasalahan jihad yang sesungguhnya. Sebab, jihad ada yang menggunakan senjata dan bentuk lain.
“Dengan menggunakan senjata untuk melawan musuh yang ingin menjajah negeri kita, merusak negeri kita. Nah, kalau itu kita perlu berjihad mati-matian demi mempertahankan negeri ini,” ujar direktur pascasarjana Universitas Islam As Syafi’iyah Jakarta itu.
Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menambahkan, ada jihad yang lebih luas.
Yakni, berjuang untuk menyejahterakan rakyat. Misalnya, berjuang agar ekonomi rakyat tambah naik atau daya beli masyarakat juga meningkat.
“Jadi, kalau pemerintah berusaha agar rakyatnya sejahtera, ekonomi negaranya makmur, daya belinya naik, kemudian rakyatnya terjamin seluruh kebutuhannya itu juga merupakan jihad,” kata Satori.
“Di bidang pendidikan seperti kita menyiapkan orang-orang agar masa depan generasi mendatang berakhlak mulia, memiliki karakter yang baik itu juga merupakan jihad. Kalau niatnya adalah untuk mencari rida Allah dengan tidak merusak atau gaduh bangsa ini tentunya semuanya adalah jihad,” kata alumnus Universitas Al Azhar Mesir ini..
Jihad memiliki arti yang sangat luas. Membela bangsa juga termasuk jihad.
- MUI Dukung Media Online yang Cerdas, Bijak dan Tangguh
- MUI Diminta Sikapi Candaan Cawagub Suswono Agar Janda Kaya Menikahi Pengangguran
- Fatwa Baru MUI Ajak Masyarakat Dukung Brand yang Penuhi 10 Kriteria Produk Nasional
- Yayasan Konsumen Muslim Indonesia Apresiasi Langkah MUI Hadirkan Kriteria Produk Terafiliasi Israel
- Ini Usulan MUI untuk Mengurangi Risiko Kematian Jemaah Haji Lansia
- Ketum MUI dan LDII Yakini Kebebasan Beragama Adalah Identitas Bangsa