Jika Dukung Prabowo, PKS Dianggap Khianati Ikhwanul Muslimin
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Fuad Fanani menilai ketidakpastian koalisi antara Gerindra dengan PPP telah membuka kesempatan bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Menurutnya, keengganan PKS berkoalisi dengan PDIP maupun mendukung Joko Widodo di pemilu presiden (pilpres) akan menjadi keuntungan bagi Gerindra.
"Koalisi PKS-Gerindra sangat memungkinkan, karena ada keengganan tertentu untuk ikut PDI-P dan capresnya Joko Widodo," kata Fanani, di Jakarta, Minggu (4/5).
Fanani mengatakan, rencana bergabungnya PKS dengan Gerindra memang menarik untuk dicermati. Sebab, waktunya hampir bersamaan dengan akan dihukum matinya 683 tahanan Ikhwanul Muslimin oleh rezim militer di Mesir. "Pemimpin Ikhwanul Muslimin di Mesir, Mohammed Badie termasuk yang akan dihukum mati dan sebagian hukumannya ada yang berubah menjadi seumur hidup," ungkap Fanani.
Bahkan, kata dia, penguasa militer Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi akan maju sebagai kandidat presiden dalam pemilu presiden akhir Mei ini. "PKS yang ada hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir tentu harus mempertimbangkan fakta itu, karena Gerindra adalah partai yang dipimpin Prabowo yang militer dan banyak tradisi militer yang dipakai dalam acara partai," ujar Fanani.
Jika PKS jadi bergabung dengan Gerindra, lanjut Fanani, maka partai yang pernah dipimpin Luthfi Hasan Ishaaq itu akan dinilai tidak berempati terhadap saudara-saudaranya di Mesir. PKS tegas dia, Fanani, juga akan dianggap "berkhianat" terhadap komitmen perjuangan Ikhwanul Muslimin yang selama ini banyak menjadi korban kekejaman militer di Mesir dan berbagai negara lainnya di Timur Tengah.
"PKS harus mempertimbangkan fakta sejarah. Banyak partai Islam di Indonesia dan luar negeri menjadi korban represi aparat militer. Mantan Presiden Muhammad Mursi di Mesir yang dikudeta oleh militer tentu juga harus jadi catatan tersendiri juga bagi PKS," ujar Fanani yang juga Direktur Riset Maarif Institute itu.(fas/jpnn)
JAKARTA - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Fuad Fanani menilai ketidakpastian koalisi antara Gerindra dengan PPP telah
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Guru Besar UI Sebut Kunjungan Prabowo ke China dan AS Babak Baru Diplomasi Indonesia
- Gempur Rokok Ilegal di 2 Wilayah, Bea Cukai Amankan Barang Bukti Sebanyak Ini
- Kinerja Pelayanan Publik Pemprov Jateng Diganjar Penghargaan dari ORI
- Saat Aktif jadi PNS Setor Uang per Bulan ke Korpri, Begitu Pensiun Susah Cairnya
- Jurus Mendes Yandri Atasi 3.000 Desa yang Masih Tertinggal
- 5 Berita Terpopuler: Honorer 32 Tahun Gagal Tes PPPK, Semoga RUU ASN Menjadi Penyelamat