Jika PJJ Dipermanenkan, Bencana Kebodohan di Depan Mata
jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidkan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menilai wacana Mendikbud Nadiem Makarim untuk mempermanenkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih terlalu dini.
Kalau PJJ dipaksakan dengan kondisi apa adanya seperti sekarang, pasti bakal terjadi bencana di dunia pendidikan.
"PJJ dipaksa untuk dipermanenkan akan membuat mutu pendidikan menurun dan bencana kebodohan di depan mata. Bonus demografi pun hanya akan jadi bencana bagi Indonesia karena generasi mudanya banyak yang bodoh akibat sistem pendidikan yang salah," tutur Ubaid kepada JPNN.com, Senin (6/7).
Menurut Ubaid terlalu dini bila PJJ dipermanenkan karena banyak sekolah yang belum siap.
Begitu juga guru-gurunya belum siap dengan metode PJJ. Belum lagi infrastruktur internet juga tidak memadai, selain kurikulumnya belum mengatur metode PJJ.
"Apa sudah dipikirkan bagaimana dengan kuota internet guru dan siswa? Kan itu masih barang yang mahal," cetusnya.
Pemerintah, lanjutnya, harus kerja keras untuk menambal kekurangan-kekurangan tersebut. Mengandalkan dana pendidikan yang 20 persen dari APBN tidak cukup.
Itu sebabnya Pemda harus serius di sektor ini. APBD harus juga mengalokasikan untuk pendidikan minimal 20 persen di luar dana transfer dari pusat.
Sejumlah pihak menentang wacana Mendikbud Nadiem Makarim yang akan mempermanenkan PJJ alias pendidikan jarak jauh.
- Universitas Terbuka Menggandeng UI Buka Program Vokasi Baru
- Nadiem Makarim Titipkan Guru, Dosen, Tendik & Pegiat Seni kepada Menteri Baru, Mengharukan
- Nadiem Makarim: Indonesia Melakukan Transformasi Pendidikan Besar-besaran Dalam 5 Tahun
- Lewat Program 2 Ini, Ribuan Siswa di Papua dan 3T Bisa Lanjutkan Pendidikan Berkualitas
- Ada Misa Agung, 208 Sekolah di Jakarta Belajar Jarak Jauh pada 5 September
- Ketua Honorer Laporkan Presiden Jokowi & 2 Menteri ke Komnas HAM