Jika Rastra tak Cepat Disalurkan, Kemiskinan Meningkat
jpnn.com, JAKARTA - Harga beras hingga saat ini belum turun. Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan, mahalnya harga beras sangat fundamental bagi masyarakat bawah.
Selama ini, porsi terbesar konsumsi mereka ada di sektor pangan. Nah, jika pangan naik, maka akan menggerus daya beli. Karenanya, dia setuju beras sejahtera (rastra) penyalurannya dipercepat.
“Kalau tidak segera disalurkan, kemiskinan meningkat,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (2/3).
Sebagaimana pengalaman sebelumnya, keterlambatan penyaluran rstra (sulu disebut raskin) di momen-momen tertentu berdampak pada peningkatan kemiskinan.
Di sisi lain, lanjutnya, pemerintah juga tampaknya sudah memiliki asumsi jika pada akhir Maret nanti, produksi beras akan meningkat.
Sehingga bisa berdampak pada turunnya harga di pasaran. Atas dasar itu, awal Maret menjadi waktu yang tepat bagi orang miskin mendapat sokongan.
“Kalau beras terpenuhi, mereka bisa mengalokasikan uangnya untuk alokasi yang lain. Sehingga menjaga daya beli,” imbuhnya.
Hanya saja, Eko mengingatkan, dalam penyalurannya nanti, pemerintah harus memastikan insentif pangan itu tepat sasaran. Oleh karenanya, secara teknis harus dipantau dengan baik.
Harga beras belum juga mengalami penurunan, padahal porsi terbesar konsumsi warga ada di sektor pangan.
- Pengamat Sebut Kepala Bapanas Tidak Mampu Tangani Urusan Beras Nasional
- Pengamat Sarankan Pemerintahan Prabowo-Gibran Ganti Kepala Bapanas
- SPI Desak Prabowo Pecat Kepala Bapanas: Beras Mahal, tetapi Petani Miskin
- BPS Ungkap Pemicu Kenaikan Harga Beras di Pasaran
- Selamat Datang Agustus: Harga Beras, Bawang, dan Telur Naik
- Harga Beras Tinggi di Tengah Skandal Demurrage, Bulog-Bapanas Dinilai Tidak Prorakyat