Jilbab IKN
Oleh: Dahlan Iskan
Saya salut dengan pencipta jilbab untuk Paskibraka itu.
Dari kasus jilbab Paskibraka ini saya baru tahu: yang menyiapkan Paskibraka ternyata BPIP --Anda sudah tahu singkatan apa itu. Bukan sekretariat negara. Bukan panitia HUT Kemerdekaan.
Mungkin BPIP ingin ''berdakwah'' soal Pancasila lewat show Paskibraka. Menggunakan Paskibraka sebagai media memang tepat. Setiap tahun Paskibraka jadi salah satu pusat perhatian nasional.
BPIP mungkin ingin berdakwah: Posisi Pancasila itu harus di tengah. Tidak kanan. Tidak kiri. Mungkin jilbab dianggap lambang golongan kanan.
Tahun depan kalau BPIP ingin menerapkan prinsip tanpa jilbab baiknya diumumkan jauh-jauh hari. Katakanlah tanpa jilbab itu sebagai salah satu syarat untuk lolos seleksi. Jangan sampai setelah mereka lolos baru dipersoalkan.
Saya ingat cucu pertama saya: Khalisa Salwa Dinata. Dipanggil Icha. Dia ingin sekali masuk SMA Xin Zhong di Surabaya. Dia datang ke Xin Zhong. Pakai jilbab. Ingin mendaftarkan diri.
Di situ Icha diberi tahu: syarat bersekolah di Xin Zhong tidak boleh mengenakan simbol keagamaan apa pun.
Di sini Xin Zhong pintar. Xin Zhong tidak melarang jilbab. Tidak ada kata jilbab di persyaratan itu. Yang ada adalah ''simbol keagamaan apa pun'' tidak boleh. Jilbab sudah menjadi simbol keagamaan.