JK Diminta Belajar Ikhlas dari Nelson Mandela

jpnn.com - JAKARTA -- Bekas Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK diimbau untuk mempelajari kisah hidup tokoh pemimpin Afrika Selatan mendiang Nelson Mandela. Pelajaran hidup dari Mandela itu sangat bermanfaat bagi regenerasi dan kaderisasi kepemimpinan di Indonesia.
"Bayangkan, Nelson Mandela diminta rakyatnya menjadi presiden (untuk) melanjutkan kepemimpinannya tapi (Mandela) tidak mau," kata pengamat politik Fadjroel Rahman saat dihubungi wartawan, Jumat (9/5).
Padahal, kata Fadjroel, kalau mau Mandela bisa saja menjadi presiden seumur hidupnya. Ia menilai saat ini regenerasi kepemimpinan hampir berjalan baik.
BJ Habibie yang pernah menjadi presiden sudah mengikhlaskan bangsa ini dipimpin orang lain. Begitu juga Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri bahkan Amien Rais.
"Tapi JK masih terkesan ingin memimpin negeri ini," kata Fadjroel seraya menambahkan hal ini bisa menghambat regenerasi.
Keempat tokoh itu, lanjut dia, merupakan bagian dari orde baru. Menurutnya, 90 persen dari semuanya sudah mengikhlaskan bangsa ini dipimpin kader bangsa. "Kalau bisa JK juga seperti mereka," ungkap Fadjroel lagi.
Saat ini, Indonesia perlu dipimpin orang-orang yang lahir dari rahim reformasi. Bangsa ini membutuhkan pemimpin baru, tujuannya untuk memutar roda kepemimpinan.
Masyarakat nantinya akan semakin berpartisipasi aktif dalam pembangunan, jika dipimpin kader bangsa yang lebih baik. (boy/jpnn)
JAKARTA -- Bekas Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK diimbau untuk mempelajari kisah hidup tokoh pemimpin Afrika Selatan mendiang Nelson Mandela.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rayakan HUT Ke-19, Sekolah Yehonala Gelar Dinner Gathering Appreciation Night
- Truk Dilarang Beroperasi di Tol & Arteri Jateng Selama 16 Hari Mudik Lebaran 2025
- Dibuka 20 Maret, Tol Solo-Jogja Diperkirakan Jadi Favorit Pemudik
- Fraksi PAN DPR Bagikan 3.000 Paket Sembako, Warga dan Ojol Terima Manfaat
- Soal Imunitas Jaksa, BEM FH UBK Sebut Ada Potensi Penyalahgunaan Wewenang
- 2 Anak Buah Surya Paloh Kompak Mangkir dari Pemeriksaan KPK, Alasannya Sama