JK: Kita Pernah jadi Pengekspor Gula Terbesar, tapi Kini?
”Mengatasi semua itu adalah teknologi dan cara dan disiplin kita semua. Teknologi bibit, teknologi pertanahan, teknologi hemat air, teknologi biodiversity, bioteknologi, dan sebagainya,” ujar dia.
Perbaikan teknologi itu, menurut JK, juga harus diimbangi dengan penerapan disiplin dalam pelaksanaanya sampai di tingkat petani atau masyarakat.
Misalnya terkait dengan sawit. Saat ini sawit yang ditanam masyarakat hanya menghasilkan sekitar 2 ton per hektare. Namun, perkebunan besar bisa sampai 5 ton perhektare.
”Artinya harus mendorong rakyat ini. Supaya bisa dapat bibit yang bagus, sehingga bisa naik tujuh, delapan ton per hektar,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Riset Perkebunan Nusantara Teguh Wahyudi menuturkan selama ini pengembangan teknologi masih terkendala dana riset yang minim.
Dia mengungkapkan perusahaan BUMN itu setiap tahun menganggarkan 20 persen dari total anggaran Rp 750 miliar untuk penelitian.
”Paling besar untuk penelitian sawit. memang pasarnya kebutuhan konsumen tinggi sekali. Kopi dan kakau juga tinggi,” ujar dia.
Teguh yang juga menjadi ketua pelaksana konferensi tersebut menuturkan bahwa selama ini produktivitas tanaman di Indonesia masih belum tinggi.
Indonesia pernah berbangga diri menjadi negara pengekspor gula terbesar di dunia. Tapi saat ini sudah menjadi pengimpor.
- Kebijakan Tom Lembong Impor Gula Sesuai Kepmenperindag 572, Tak Bisa Dipidana
- Dukungan Bebaskan Tom Lembong Terus Mengalir, Kejagung Dianggap Ugal-ugalan
- Tafsir Iqra
- Soal Kasus Tom Lembong, Jaksa Agung: Kami Tidak Pernah Punya Maksud Politik
- Chandra Soroti Pemidanaan terhadap Kebijakan di Kasus Tom Lembong
- Eks Pimpinan KPK Angkat Bicara soal Tom Lembong Tersangka, Begini Kalimatnya