Jogja Endang Club (JEC), Komunitas Perempuan Bernama Endang

Kartu Anggota Jadi Kartu Diskon Antar-Endang

Jogja Endang Club (JEC), Komunitas Perempuan Bernama Endang
Endang Syahbenol menunjukkan piagam dari MURI atas rekor komunitas yang mengumpulkan orang-orang bernama Endang terbanyak. Foto : Doan Widhiandono/Jawa Pos
 

Eh, surat itu cespleng. Tiba-tiba ada sekitar 60 perempuan plus dua laki-laki yang datang ke rumah Endang Syahbenol. "Saya jadi geli sendiri. Endang-Endang pada kumpul. Lha, paling tidak kita bisa tertawa meski belum bisa berbuat sesuatu," ujar ibu tiga anak itu saat menyambut para Endang tersebut.

 

Tapi, tak seluruh Endang yang datang diterima menjadi anggota. Dua laki-laki yang datang ditolak. Nama para pria itu memang Endang, namun dengan lafal huruf "e" seperti pada kata "pedang". Khas Sunda. Sedangkan Endang yang diundang adalah Endang perempuan dengan lafal "e"-nya seperti kata "tempe" (ala Jateng-Jogja) atau "bebek" (ala Jatim).

 

Setelah berkumpul, para Endang itu menyepakati terbentuknya sebuah klub. Hari jadi klub itu dipaskan 17 Agustus seperti tanggal kelahiran Endang Syahbenol. Sejak 2004, jumlah anggota JEC kian banyak. Pada 2008, misalnya, JEC tercatat di rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) dengan jumlah Endang sebanyak 320 orang. Endang Syahbenol sendiri juga dicatat di Muri sebagai penggagas komunitas unik itu.

 

Lalu, bagaimana para Endang itu saling memanggil nama saat berkomunikasi? Ternyata masing-masing memilih nama panggilan sendiri. Ada yang menggabungkan dengan profesi, misalnya Endang Notaris atau Endang Penjahit. Ada yang memakai daerah asal. Misalnya, Endang Cebongan yang berasal dari Kampung Cebongan, Jogjakarta.

Di Jogjakarta, 571 orang bernama Endang berkumpul membentuk sebuah klub. Tak mau hanya besar di Jogja, mereka berancang-ancang membentuk Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News