Johanes Djauhari, Anak Bangsa Pencipta Printer 3D

Gunakan Material dari Kulit Jagung dan Biji Ketela

Johanes Djauhari, Anak Bangsa Pencipta Printer 3D
KREATIF - Johanes Djauhari bersama mesin printer 3D ciptaannya di Jakarta (15/7). Hilmi Setiawan/Jawa Pos
Dalam satu perangkat printer 3D, setidaknya ada tiga unit servomotor. Yakni, untuk gerakan naik-turun, maju-mundur, juga ke samping. Satu di antara tiga motor itu memegang peran kunci. Yakni, menjadi tempat pelelehan bahan baku yang hendak dicetak printer 3D. Dengan tingkat kepanasan tertentu, bahan baku itu meleleh, lalu begerak-gerak membentuk pola sesuai dengan yang diinginkan. "Material yang dilelehkan itu mencair, bentuknya seperti bihun," tandasnya.

Dia tidak menggunakan bijih plastik seperti umumnya industri pecah belah. Johanes menggunakan bahan khusus yang ramah lingkungan. "Plastik kan dari minyak. Saya gunakan material dari kulit jagung atau biji ketela. Banyak di pasaran," kata dia.

Kunci sukses dalam menjalankan printer 3D ada pada pengaturan keakurasian atau presisi. Kalau tidak benar-benar pas, cetakan bulat yang diinginkan malah menjadi lonjong. Dia mengklaim tingkat kemelesetan akurasi mesinnya hanya 0,2 persen. Jadi, hasil cetakan benar-benar mirip aslinya.

Mesin printer 3D sudah jamak digunakan untuk membuat duplikasi senjata api di Amerika Serikat (AS). Sementara itu, di Jepang, penggunaan mesin 3D sudah sangat berkembang. Salah satunya digunakan untuk duplikasi organ tubuh. Cara kerjanya mirip. Hanya material bahan bakunya yang berbeda.

Mesin pencetak alias printer karya Johanes Djauhari ini benar-benar inspiratif. Sebab, alat itu bisa menghasilkan barang-barang utuh (3D/tiga dimensi)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News