Johannes Maria, Pastor yang Berjuang Menghidupi Museum Nias
Tak Rela Benda-Benda Pusaka Dijual ke Luar Pulau
Sabtu, 12 Juni 2010 – 08:24 WIB

Pastur Johannes Maria Harmmerle, OFMCap, bersama beberapa koleksi museum Nias yang dirintisnya sejak awal. Foto: Sugeng Sulaksono / Jawa Pos
Faktanya, kata Johannes, memang banyak benda bersejarah dan bernilai tinggi dari Nias yang dibawa ke luar pulau, terutama ke Medan.
Dia sering menemukan benda berharga milik warga dan dirinya diminta untuk membayar. Beberapa minggu saja terlambat, benda itu pasti sudah terjual di seberang pulau. "Misalnya, di Brussels (Belgia), ditawarkan batu megalit dari Nias seharga 450 ribu euro. Karena itu, orang di sini lalu tergiur untuk menjual megalitnya," terang Johannes.
Melihat fenomena seperti itu, dia semakin khawatir bahwa semakin lama Nias kehabisan benda bersejarah yang sebenarnya sangat penting untuk dipelajari generasi penerus. Fenomena itu juga membuktikan bahwa banyak warga Nias yang tidak peduli pada kebudayaan sendiri.
Sempat suatu hari saat belum ada transportasi umum di Nias, Johannes mendapat kayu ukiran sepanjang 10 meter dengan lebar satu meter dan tebal hampir 50 cm. Ukiran itu menggambarkan interaksi masyarakat Nias pada masa lalu.
PASTOR Johannes Maria Hammerle OFMCap diakui masyarakat Nias jauh lebih Nias dibanding warga Nias. Agamawan asal Jerman itu bahkan termasuk budayawan
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu