Johannes Maria, Pastor yang Berjuang Menghidupi Museum Nias

Tak Rela Benda-Benda Pusaka Dijual ke Luar Pulau

Johannes Maria, Pastor yang Berjuang Menghidupi Museum Nias
Pastur Johannes Maria Harmmerle, OFMCap, bersama beberapa koleksi museum Nias yang dirintisnya sejak awal. Foto: Sugeng Sulaksono / Jawa Pos
Faktanya, kata Johannes, memang banyak benda bersejarah dan bernilai tinggi dari Nias yang dibawa ke luar pulau, terutama ke Medan.

Dia sering menemukan benda berharga milik warga dan dirinya diminta untuk membayar. Beberapa minggu saja terlambat, benda itu pasti sudah terjual di seberang pulau. "Misalnya, di Brussels (Belgia), ditawarkan batu megalit dari Nias seharga 450 ribu euro. Karena itu, orang di sini lalu tergiur untuk menjual megalitnya," terang Johannes.

Melihat fenomena seperti itu, dia semakin khawatir bahwa semakin lama Nias kehabisan benda bersejarah yang sebenarnya sangat penting untuk dipelajari generasi penerus. Fenomena itu juga membuktikan bahwa banyak warga Nias yang tidak peduli pada kebudayaan sendiri.

Sempat suatu hari saat belum ada transportasi umum di Nias, Johannes mendapat kayu ukiran sepanjang 10 meter dengan lebar satu meter dan tebal hampir 50 cm. Ukiran itu menggambarkan interaksi masyarakat Nias pada masa lalu.

PASTOR Johannes Maria Hammerle OFMCap diakui masyarakat Nias jauh lebih Nias dibanding warga Nias. Agamawan asal Jerman itu bahkan termasuk budayawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News