Johnny vs Amber

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Johnny vs Amber
Johnny Depp. Foto: Reuters

Sebuah kasus keluarga meledak menjadi kasus sosial yang membelah opini internasional dunia. 

Hal ini mirip dengan kejadian penganiayaan terhadap George Floyd pada 2020 yang kemudian melahirkan gerakan ‘’Black Lives Matter’’ (BLM) yang meluas ke seluruh dunia.

Kasus Johny vs Amber ini memunculkan kembali tagar ‘’Me Too’’  yang juga digunakan secara global untuk membuka kesadaran publik mengenai kisah-kisah perjuangan korban pelecehan dan kekerasan seksual. 

Gaung  tagar MeToo dan  BlackLivesMatter membawa pengaruh besar dan menandai sejarah baru dalam gerakan aktivisme melalui dunia digital. 

Pemetaan data percakapan Me Too yang dilakukan oleh Google menunjukkan bahwa gerakan ini memiliki pengaruh global dan berhasil menurunkan tingkat kekerasan dalam rumah tangga. 

Hal serupa juga terjadi dalam gerakan BLM yang menciptakan solidaritas global untuk membantu serta melindungi orang-orang minoritas dari kekerasan sistematis. 

Kedua gerakan ini berasal dari Amerika dan berangkat dari kehidupan masyarakat termarjinalkan di Amerika, tetapi gerakan mereka beresonansi dengan banyak orang dari berbagai daerah dan latar belakang. 

Aktor, artis, dan selebritis yang ikut mengamplifikasi gerakan ini tidak hanya terbatas di Amerika  saja, tetapi juga di negara-negara lain. 

Kisah Johnny vs Amber menunjukkan rapuhnya institusi rumah tangga di Barat. Rumah tangga mereka penuh cerita mengenai kekerasan di antara kedua pihak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News