Jokowi Bukan Capres Boneka
Apa itu ada pada sosok JK?
Iya. Untuk melihat orang itu NU-nya lengkap atau tidak dilihat dari amaliyah agamanya. Jadi amaliyah dilihat dari segi tata hubungan masyarakat, lintas agama, lintas suku dan di dalam Islam sendiri.
Kemudian bagaimana dia mengatur tata hubungan agama dan negara. Ada amal kongkret untuk agama dan negara. Nah keempatnya ini ada pada dia (JK). Jadi sebenarnya tidak semata-mata personal, tapi tata pemikiran NU ini yang harus ada di pemerintahan Sebab kalau itu tidak ada, kemudian tidak bisa berjalan maka akan diambil oper dua kutub ekstrimitas.
Ekstrimitas ini ada dua, ekstrim keras, atau ekstrim liberal. Kalau ekstrim keras yang terjadi fundamentalisme, benturan-benturan, sampai radikalisme. Sampeyan tiap hari melihat (radikalisme) itu kok. Kemudian yang ekstrim liberal ini dia mengabaikan agama sehingga bukan moderasi kapitulasi. Dua kutup ini tidak cocok untuk Indonesia, yang cocok mindset NU itu.
Kesimpulannya saya tidak mendukung JK in person saja, tapi mindset NU yang dibawa dia dalam berbangsa dan bernegara itu. Sekarang kita lihat hasilnya (kerja JK saat Wapres), macam konflik Poso, Maluku, Aceh dan dia bukan sumber konflik, itu kan kelihatan pemikiran JK itu solutif, bukan problematik. Kalau pemikiran itu digandengkan dengan nasionalisme yang nasinoalisme Indonesia, akan kuat menjaga NKRI. Kan tidak saling serang.
Kalau kita lihat secara Indonesia, mulai zaman Bung Karno dengan para ulama, dasar pemerintahan ke pemerintahan, nasionalisme Indonesia selalu bergandengan dengan islamisme yang gaya budaya Indonesia.
Ini juga alasan mengapa nahdliyin perlu dukung Jokowi-JK?
Iya. Jadi tidak hanya mendukung orang tapi mendukung tata keindonesiaan dalam menjalankan agama dan negara.