Jokowi Bukan Tukang Pidato tapi Pekerja
jpnn.com - PERHATIAN rakyat Indonesia tersita oleh acara Deklarasi Pemilu Berintegritas dan Damai yang diadakan Komisi Pemilihan Umum di Jakarta, Selasa (3/6). Yang menjadi perbincangan hangat publik dari acara yang disiarkan langsung beberapa stasiun televisi itu adalah penampilan berbeda Calon Presiden Joko Widodo. Perbincangan ini juga melebar di media sosial.
Untuk memahami latar belakang penampilan berbeda Capres yang diusung PDI Perjuangan, Partai NasDem, PKB, Partai Hanura dan PKP Indonesia itu, JPNN bersama beberapa media lain mewawancarai Eep Saefulloh Fatah, perwakilan Jenggala Center yang merupakan salah satu posko pemenangan Capres Joko Widodo dan Cawapres Jusuf Kalla. Berikut petikannya.
Bagaimana Anda menilai pidato atau penampilan Jokowi dalam acara Deklarasi Pemilu Beritegritas dan Damai?
Jokowi selama ini identik dengan kelugasan. Itulah yang kita saksikan tadi malam. Lugas. Jokowi adalah seorang pelayan rakyat yang tidak suka basa-basi. Ia biasa bicara langsung ke pokok soal, tak suka berputar-putar.
Jokowi yang dikenal rakyat Indonesia adalah seorang yang tak terlalu suka hal-hal yang seremonial, yang diatur, yang diupacarakan. Karena itu, Jokowi bukanlah pengrajin kata-kata sebagaimana kita temukan pada banyak pejabat yang suka seremoni.
Jokowi adalah "sepi ing pamrih rame ing gawe". Jika ada enam hal yang bisa mewakili sosok Jokowi, maka kernam hal itu adalah: (1) merasakan derita rakyat dalam sanubarinya, (2) berpikir bagi manfaat dan maslahat banyak orang, (3) bekerja, (4) bekerja, (5) bekerja, dan (6) bicara.
Yang kita saksikan semalam adalah bagian dari transformasi dari seorang Jokowi yang kita kenal selama ini menuju (Insya Allah) seorang Presiden.
Dalam transformasi ini, kelugasannya terlihat tegas sehingga boleh jadi sebagian orang tak melihat keluwesannya. Kami yakin ini adalah bagian dari transformasi tadi. Ini proses dan bukan akhir. Yang jelas, tak ada yang berubah pada Jokowi. Ia tetap Jokowi yang kita kenal dan kita cintai.