Jokowi dan Myanmar
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Sabtu, 12 November 2022 – 19:49 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com
Ketika Suu Kyi masih bebas, dia bungkam terhadap pembantaian ini.
Hal ini memantik reaksi internasional, terutama dari komunitas muslim.
Muncul seruan agar Nobel Perdamaian Suu Kyi dicabut.
Kekerasan di Myanmar menjadi problem pelik yang kompleks.
Seruan Presiden Jokowi tidak akan banyak gunanya kalau tidak disertai tindakan yang lebih konkret, misalnya mengucilkan Myanmar dari komunitas ASEAN.
Junta militer Myanmar terkenal sangat keras kepala. Seruan keras yang tidak disertai tindakan konkret akan dianggap sebagai angina lalu. (**)
Seruan Presiden Jokowi tidak akan banyak gunanya kalau tidak disertai tindakan yang lebih konkret, misalnya mengucilkan Myanmar dari komunitas ASEAN.
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror
BERITA TERKAIT
- 5 Berita Terpopuler: SPMT PPPK 2024 Lebih Cepat dari CPNS, tetapi Belum Ada Kabar Lanjutan, Dirjen Nunuk Angkat Bicara
- PSI Dorong Megawati Menemui Jokowi, Ferdinand: Akalnya di Mana
- Dorong Megawati Ketemu Jokowi & SBY, PSI Dianggap Ganjen
- Setelah Bersua Prabowo, Sebaiknya Megawati Juga Bertemu SBY dan Jokowi
- Kalimat Jokowi Merespons Pertemuan Prabowo-Megawati
- Begini Tanggapan Jokowi Soal Pertemuan Prabowo & Megawati