Jokowi Pendiri Jamuro
Kalau Pak Jokowi sejak di Solo saya juga kenal dan beberapa kali ketemu di forum. Saat itu saya enggak lihat kanan kiri, tapi beliau yang menyapa saya duluan. Meskipun kita beda meja, beliau mendatangi saya. 'Mbak Khof lupa? Saya Jokowi'. Saya menangkap bahwa keapaadaannya Pak Jokowi ya begitu, jadi enggak ada kaitannya karena mau nyapres, itu enggak ada. Ya memang begitu bawaannya.
Apakah pernah punya pengalaman pribadi yang menarik dari dua figur itu?
Saya orangnya jarang ikut-ikut berpergian dengan Pak JK ataupun Pak Jokowi. Saya lebih suka menyapa konstituen. Saya bilang saya lebih baik turun menyapa konstituen. Saya sampaikkan itu ke Pak Jokowi, saya ini bukan tipe orang yang setor muka loh, jadi mohon maaf kalau misalnya nanti di sebuah forum saya nggak ikut jejer-jejer rebutan salaman. Karena itu bukan tipe saya.
Nantipun saya belum tentu bisa mengikuti kunjungan Pak JK atau Jokowi, karena waktunya pendek lebih baik kita bagi tugas.
Dan Kayaknya beliau paham banget soal itu. Jadi saya memang lebih merasa bahwa saya harus jadi diri saya sendiri, saya enggak boleh jadi diri orang lain. Khofifah ya Khofifah. Dan itu saya coba bangun sampai sekarang, saya enggak mikir misalnya nanti saya enggak diangap kalau saya enggak keliatan kerja di depan mereka, karena beberapa teman masih begitu sekarang berfikirnya. Ada yang bertanya, 'kalau Mbak Khofifah udah kerja keras dan kalau mereka-mereka pada nggak tahu gimana?'. Saya bilang, ya sudah. Tuhan kan tahu.
Ketemu intens dengan Jokowi-JK kapan?
Awalnya agak sering ketemu mereka sampai proses pendaftaran KPU. Itu lebih sering ketemu karena saya kan harus cocokkan pikiran. Jangan sampai ada sesuatu yang misalnya nanti karena awal beliau minta saya jadi jubir, sehingga saya nanti banyak dijadikan referensi oleh banyak pihak, bukan hanya media saja.
Cuma setelah pendaftaran KPU, jadwal saya sama ruwetnya dengan mereka, saya pun makin jarang di Jakarta dan bagi saya kalau saya di daerah akan lebih efektif, karena saya kan tinggal muter aja ke satu daerah atau komunitas-komunitas lain. Jadi saya lebih banyak menyapa ke bawah. Ya kalaupun di Jakarta, itupun tadi karena ada koordinasi yang besar saja.
Pernah melihat sisi lain dari Jokowi maupun JK sebagai seorang muslim yang tak diketahui banyak orang?
Saya enggak bisa mengukur keislaman seseorang ataupun keagamaan seseorang, karena orang yang rajin puasa Senin-Kamis belum tentu itu menunjukkan kesalehan seseorang. Orang yang pakai jilbab bahkan sampai pakai cadar belum tentu menunjukkan kesalehan. Saya rasa kesolehan orang enggak bisa dilihat secara verbal seperti itu.
Nah kita mungkin bisa melihat dari perilaku-perilaku yang ditunjukkan Pak Jokowi-JK, melakukan penyapaan secara sosial menjadi bagian penting dari indikasi sebuah kesalehan, saya sering menyebutnya kesalehan sosial. Misalnya begini, ayat-ayat di Alquran sangat banyak yang menyandingkan, "al’adzina amanu wa'amilussoliha. Iman, amal saleh, iman amal saleh terus digandeng-gandengkan. Jadi soal amal soleh ini menjadi penting.