Jokowi: Realisasi Belanja Negara Harus Memacu Pertumbuhan Ekonomi
jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta jajaran pemerintah pusat hingga daerah segera merealisasikan belanja negara untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Dia juga mengingatkan bahwa belanja negara tersebut harus benar-benar memberikan manfaat yang nyata bagi kesejahteraan rakyat. Jangan lagi menggunakan pola lama yang hanya memprioritaskan pada realisasi atau pemenuhan belanja anggaran semata.
Demikian disampaikan Presiden Jokowi saat menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun 2020, kepada kementerian dan lembaga serta daerah di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/11).
"Karena yang dulu itu bangga kalau realisasinya 99 persen atau 100 persen. Tapi rakyat merasakan atau tidak dari belanja-belanja itu?" kata Jokowi dalam arahannya.
Untuk itu, mantan wali kota Surakarta itu menekankan bahwa anggaran yang dibelanjakan harus dipastikan untuk barang berkualitas baik. Kemudian, dikucurkan pada program yang juga berjalan dengan kualitas yang baik sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Jangan hanya sent yang diurus, tapi (juga memastikan) delivered. Artinya apa? Menteri, kepala-kepala lembaga, gubernur, dan wali kota pastikan bahwa bukan hanya realisasi belanjanya yang habis, tapi dapat barangnya, dan rakyat dapat manfaatnya. Itu yang paling penting," tandas suami Iriana itu.(fat/jpnn)
Presiden Jokowi mengingatkan jajaran pemerintah pusat dan daerah bahwa belanja negara harus benar-benar memberikan manfaat yang nyata bagi kesejahteraan rakyat.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Menteri ESDM: Mudik 2025 Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
- Bicara di Bursa, Misbakhun Tegaskan MBG Program Mulia
- Sekda Sumsel Pimpin Rapat Persiapan Program Mencetak 100.00 Sultan Muda
- MahakaX Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Melalui Inovasi di Industri Media Digital Kreatif
- IHSG Memang Anjlok Selasa Kemarin, Tetapi Penyerapan SBN Sesuai APBN
- Pengamat Ungkap Penyebab IHSG Jeblok Hampir 7 Persen, Ada Faktor Defisit APBN