Jokowi Sentil Perbankan Nasional
jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyentil perbankan nasional yang dinilainya tidak berani mengambil risiko dan cenderung bermain aman di era teknologi dan globalisasi.
Saat berbicara di hadapan pimpinan bank-bank nasional di Istana Negara pada Kamis (15/3), Jokowi mengatakan bahwa dunia bisnis penuh dengan risiko, termasuk di sektor perbankan.
"Yang ingin saya sampaikan hari ini adalah risiko yang paling besar dan gawat adalah kalau tidak berani mengambil risiko. Itu yang saya lihat di 2017," ucapnya.
Dia pun mengutip data yang dilaporkan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yang menyebut angka pertumbuhan kredit di sektor perbankan hanya 8,24 persen. Hal itu jelas tidak sesuai dengan target.
"Saya ingat waktu kita berkumpul di sini, saat itu target yang kita berikan adalah 9-12 persen. Kalau saya diberi angka sembilan sampai 12 persen, yang saya ambil pasti angka 12-nya," sentil Jokowi.
Dia pun menegaskan bahwa dari sekian banyak risiko yang ada di sektor perbankan dan keuangan, yang terbesar adalah keengganan untuk mengambil risiko.
"Memang perbankan harus prudent dan hati-hati, ya saya setuju. Tapi kalau kita tidak berani mengambil risiko, selesai sudah kalau dalam bisnis. Pasti akan mati. Atau mungkin mati pelan-pelan, tapi tetap mati," tegasnya.
Karena itu, dia meminta dunia usaha khususnya perbankan untuk menghilangkan kebiasaan wait and see saat menghadapi ketidakpastian. Sebab, ketidakpastian dan perubahan akan selalu ada.(fat/jpnn)
Menurut Jokowi, dari sekian banyak risiko yang ada di sektor perbankan dan keuangan, yang terbesar adalah keengganan untuk mengambil risiko.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Soal Dampak Green Bond, BNI Bisa Jadi Contoh dan Acuan Bagi Sektor Perbankan di Indonesia
- Pemerintah Terus Mendorong KUR yang Hampir 10 Tahun Berjalan untuk Usaha Produktif
- Kolaborasi Privy dan JULO Tingkatkan Keamanan dan Kemudahan Kredit Digital
- BTN Raih 2 Penghargaan di Ajang Global Retail Banking Innovation Awards 2024
- Jokowi Seharusnya Tidak Memanfaatkan Prabowo Demi Kepentingan Politik Pribadi
- IESR Sebut IPO Menjadi Salah Satu Opsi Pendanaan Energi Terbarukan Melalui Bursa Efek