Jordania Dicekik Utang Rp 558 Triliun

Bantuan tersebut juga bakal membuat Jordania mendukung Saudi dalam berbagai konflik regional. ’’Tidak ada yang gratis,’’ tegas jurnalis Jordania sekaligus aktivis, Laila Kloub.
Saat turun ke jalan akhir pekan lalu, rakyat tak menginginkan solusi jangka pendek seperti itu. Yang mereka tuntut adalah transparansi, rencana fiskal jangka panjang, berakhirnya korupsi, serta perubahan menyeluruh pendekatan pemerintah atas kebijakan sosial dan perekonomian. Mereka berharap Jordania tak lagi bergantung ke negara lain.
’’Kami juga ingin para menteri dan anggota parlemen dibayar dengan gaji yang masuk akal. Gaji yang tak berimbas pada uang rakyat,’’ tuturnya sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Penduduk lainnya yang sempat ikut turun ke jalan, Odai Nofal, mengungkapkan bahwa Jordania dulu menerima bantuan serupa dari negara-negara Teluk.
Sayangnya, pemberian bantuan itu tidak membawa dampak positif jangka panjang. Penduduk terus-menerus dihadapkan pada langkah penghematan yang diambil pemerintah.
’’Kami khawatir melihat pola ini terus berlanjut,’’ ujarnya.
Sebagai contoh, sejak awal tahun pemerintah menaikkan harga bahan bakar hingga lima kali lipat. Tarif listrik juga naik hingga 55 persen.
Subsidi untuk roti dan beberapa kebutuhan pokok lainnya juga dicabut. Langkah-langkah penghematan semacam itulah yang membuat penduduk frustrasi.
Bantuan finansial dari negara-negara Teluk dianggap tak bakal bisa menyelesaikan krisis utang di Jordania
- 2 Kartu Merah, Uzbekistan Juara Piala Asia U-17 2025
- Perkuat Hubungan Dua Negara, Mohsein Saleh Al Badegel Pertemukan Bamsoet & KADIN Saudi
- Modernland Realty Pangkas Beban Utang Obligasi Luar Negeri Sebesar Rp1,7 Triliun
- MIND ID Terima Kunjungan Menteri Perindustrian dan SDM Arab Saudi di Indonesia
- Kementerian P2MI Memfasilitasi Kepulangan 124 Pekerja Migran dari Arab Saudi
- Ketum FOKDEI Mengapresiasi Langkah Mandiri Presiden Prabowo dalam Kebijakan Ekonomi