Jual Nasi Rp 2.000 Sebungkus, Jangan Tanya Untung Berapa
Dalam sehari, Warung Ikhlas butuh uang operasional minimal Rp 600 ribu untuk 120 bungkus nasi. Hasil penjualan Rp 240 ribu.
“Kadang ada juga hanya melihat-lihat. Ketika ditanya kenapa tidak antre, katanya tidak ada uang. Kami pun memberinya uang Rp 2.000, lalu menyuruhnya ikut antre,” ujar Datuak.
Warung Ikhlas adalah satu dari belasan kegiatan Program Peduli Nagari yang dipimpinnya. Selain Warung Ikhlas, ada Butik Ikhlas, Pustaka Ikhlas, Belajar Sambil Bermain, Bedah Surau.
“Ada juga anak-anak muda pengamen yang menamakan dirinya Kodak (Komunitas Dunsanak Anti-Kemiskinan),” ceritanya.
Warung Ikhlas bermula dari jaringan di Jakarta dan Solo. Seiring waktu, Warung Ikhlas Jakarta, Solo dan Padang berpisah. Belakangan hanya Warung Ikhlas Padang yang bertahan.
Warung Ikhlas ini dikelola empat orang. Satu manajer merangkap tukang masak dan belanja. Tiga anggota memasak, bawa mobil dan membungkus nasi.
Empat pengelola Warung Ikhlas ini mendapat gaji bulanan di atas UMP yang dibayar rutin oleh salah seorang pengusaha di Padang.
Warung Ikhlas digagas Ustad Budi, dosen Unand yang memiliki nama lengkap Budi Rudianto. Sebelum ada mobil dan mendapat sistem pengelolaan, Ustad Budi mengantarkan nasi dengan mobil pribadi, sepeda motor dan sepeda untuk pemulung, pengemis dan orang-orang di perkampungan miskin.
WARUNG Ikhlas. Pembeli cukup mengeluarkan uang recehan Rp 2 ribu guna membeli nasi beserta lauk pauk lengkap. Seperti apa? Hijrah Adi Sukrial—Padang
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara