Jualan Sabu Demi Kuliah Anak di Kedokteran, Sedih, Menangis
Dia masih ingat betul saat itu bosnya mengatakan bahwa jika terjadi apa-apa, semua akan ditanggung olehnya. Jadi Basri tidak perlu kawatir.
“Tahunya hingga detik ini tidak ada apa-apa. Saya pasrah dan menerima karena sudah terjadi. Saya juga belum dapat bayaran apa-apa. Tahu begini saya mending jadi kuli bangunan,” sesalnya.
Tangisnya pecah ketika dia cerita soal firasat buruk yang dialaminya. Malam itu Maskur terlihat di gang kosannya, seakan –akan mengawasi kamar kosnya.
Namun sengaja tidak ingin mampir. Dia hanya bicara lewat telepon, meminta agar menghabiskan stok sabu terakhirnya.
“Dia bilang ini terakhir nanti akan dapat bonus. Eh, belum sempat menempel ditangkap duluan,” imbuh sembari menangis, saat ditemui di ruangan Kasatnarkoba siang itu.
“Saya pasrah apapun yang terjadi saya jalani dan saya terima,” terangnya sambil terisak.
Kini baik bosnya maupun Maskur tidak pernah menampakkan batang hidungnya.
Istri tercintanya dan orang tuanya juga tidak mengunjunginya, lantaran keduanya dalam kondisi sakit.
Supir nyambi jualan sabu demi membiayai anaknya yang kuliah di Fakultas Kedokteran.
- Luncurkan Dua Prodi Baru, FKIK Unika Atma Jaya Dukung Visi Indonesia Emas 2045
- Merintis Karier dari Bawah, Prof Ari Didukung Jadi Rektor UI
- Berpakaian Serbahitam, Mahasiswa dan Dokter Gelar Aksi Tolak Penangguhan Dekan FK Undip
- Heboh Perundungan di Kedokteran Unpad, IDI Jabar Merespons Begini
- 3 Mahasiswa Kedokteran Unsrat Jawara Poster Ilmiah Tingkat Dunia
- Unair Orla