Jumat Balas Dendam
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - Alamat itu benar. Tetap benar. Masih benar. Masjidnya di rumah itu. Di pojokan itu. Di dalam pagar kayu yang rapat itu.
Itulah satu-satunya rumah yang ada pagarnya di kota Hays. Yang tidak pernah ada tanda-tanda kehidupan itu. Begitulah hasil penelusuran saya. Trims, pembaca ikut menelusuri keberadaannya.
Hari Jumat berikutnya saya ke pojokan itu lagi. Melewati pusat kota. Yang penuh dengan gereja.
Satu deret jalan saja bisa ada tiga gereja. Beda aliran. Hampir berhimpitan. Saya sengaja datang ke pojok itu agak telat: pukul 12.30.
Sepi. Masih sama: tidak ada nafas yang terdengar. Saya coba tunggu di pinggir jalan. Sambil menulis naskah untuk Disway.
Saya satu-satunya orang yang menunggu entah apa di sebuah mobil satu-satunya yang parkir di kawasan itu. Uh… panjang banget kalimat ini hahaha.
Setengah jam kemudian ada kejutan: sebuah pick-up berhenti di depan yang seperti pintu itu (baca juga: Gagal Jumatan di Hays). Di bak mobilnya ada tangga. Ada kaleng cat.
Pengemudinya turun. Bawa tangga. Masuk ke yang seperti pintu itu. Tanpa prosedur. Seperti pemilik rumah.