Jumat Macet di Hisbullah
Oleh Dahlan Iskan
Azan sudah berkumandang. Terdengar dari jauh. Saya pun siap-siap turun dari mobil.
“Anda tidak Jumatan?” tanya saya.
“Tidak,” jawabnya. “Saya tunggu di tempat parkir ini. Baju saya kotor,” tambahnya. Kalau mau salat, katanya, harus bersih, harus pakai parfum.
Saya pun menuju masjid besar itu. Yang di sekelilingnya dipagari kawat berduri. Tinggi sekali. Pertanda tidak aman.
Pun jalan menuju ke kawasan Hisbullah ini. Ada barikade. Ada pos keamanan. Yang dijaga tentara-tentara bersenjata.
Tapi tidak sampai melakukan pemeriksaan. Mobil lewat begitu saja. Dengan kaca jendela di buka. Dan menyapa si tentara.
Kawasan pengikut Hisbullah ini besar sekali. Hampir seperempat kota Beirut. Dengan penduduk amat padat. Rumah susun empat, lima, enam, delapan, 12 berhimpitan. Agak kurang terpelihara.
Kawasan ini sering jadi sasaran senjata berat. Jembatan itu pernah runtuh. Rumah-rumah itu hancur.