Jumlah Insinyur Sedikit, 55 Persen Bekerja di Luar Bidangnya
Padahal, kata JK, di tengah ketatnya persaingan MEA, Indonesia membutuhkan insinyur-insinyur inovatif untuk meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia, terutama agar bisa bersaing dengan Thailand dan Vietnam yang menjadi kompetitor utama Indonesia. ''Intinya, kita harus bisa memproduksi barang dengan efisien,'' ujarnya.
Terkait hal tersebut, Ketua Umum PII Bobby Gafur Umar mengatakan, dalam pelaksanaan MEA, pemerintah maupun pelaku usaha swasta harus fokus pada tiga sektor, yakni konstruksi, infrastruktur dan manufaktur. ''Agar kompetitif, regulasi di sektor-sektor itu harus mendukung,'' katanya.
Salah satunya, kata Bobby, agar pemerintah memprioritaskan investor atau pelaku usaha lokal untuk menggarap proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dengan begitu, para pekerja profesional atau insinyur memiliki kesempatan untuk berkarya dan berinovasi. ''Ini bukan soal proteksi, tapi bagaimana memperkuat pelaku usaha domestik,'' ucapnya. (owi)
JAKARTA – Kurangnya jumlah insinyur menghambat upaya Indonesia merangkak naik kelas menjadi negara industri. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Gibran Minta Sistem Zonasi PPDB Dihilangkan, Mendikdasmen: Masih Pengkajian
- Ganesha Operation Award 2024 Jadi Ajang Penghargaan Bagi Pengajar dan Alumni
- INSEAD Business School, Jadikan Kerja Sama FWD Group & BRI Life Sebagai Studi Kasus
- Direksi ASABRI Mengajar Para Mahasiswa Magister Universitas Pertahanan
- Pilih Hotel sebagai Fasilitas Kampus, CEO UIPM Beri Penjelasan Begini
- Eramet & KBF Berikan Beasiswa untuk Mahasiswa Indonesia Timur, Ini Harapan Gubernur Sulut