Jumlah Kasus Pencemaran Nama Baik di Medsos Makin Banyak
Dr Mark mengatakan, orang-orang yang men-tweet atau mengunggah pernyataan fitnah, sekarang, menghadapi banyak resiko yang sama seperti penerbit besar.
"Anda tak harus melakukan atau mengatakan hal-hal yang Anda tak ingin katakan, [atau] bahwa Anda tak ingin tercetak di halaman depan harian utama," sebutnya.
"Mungkin ini lebih serius karena dalam banyak kasus media sosial, itu akan langsung mengarah ke kelompok yang memiliki kepentingan dalam hal tertentu, dan hal lain tentu saja tetap dicari dan sangat sulit untuk dihapus," sambungnya.
Kasus pencemaran nama baik yang terjadi baru-baru ini antara Menteri Keuangan Australia, Joe Hockey, dan media Fairfax muncul dari beberapa materi iklan dan dua posting di Twitter.
Kasus ini akhirnya berujung denda 200.000 dolar (atau setara Rp 2 miliar).
Jeremy Zimet memprediksi, kita bisa melihat lebih banyak kasus seperti ini di masa depan.
"Ini benar-benar tergantung pada jenis publikasi dan forum-nya. Jelas sudah, publikasi dengan pernyataan yang sangat serius, atau tuduhan yang sangat serius, dikombinasikan dengan target pembaca yang besar, akan mengundang bentuk kerusakan yang lebih tinggi," kemukanya.
Jumlah kasus pencemaran nama baik di media sosial tengah meningkat di saat situs seperti Twitter dan Facebook mengubah siapa saja- yang memiliki
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan