Jumlah Kasus Pencemaran Nama Baik di Medsos Makin Banyak

Dr Mark mengatakan, orang-orang yang men-tweet atau mengunggah pernyataan fitnah, sekarang, menghadapi banyak resiko yang sama seperti penerbit besar.
"Anda tak harus melakukan atau mengatakan hal-hal yang Anda tak ingin katakan, [atau] bahwa Anda tak ingin tercetak di halaman depan harian utama," sebutnya.
"Mungkin ini lebih serius karena dalam banyak kasus media sosial, itu akan langsung mengarah ke kelompok yang memiliki kepentingan dalam hal tertentu, dan hal lain tentu saja tetap dicari dan sangat sulit untuk dihapus," sambungnya.
Kasus pencemaran nama baik yang terjadi baru-baru ini antara Menteri Keuangan Australia, Joe Hockey, dan media Fairfax muncul dari beberapa materi iklan dan dua posting di Twitter.
Kasus ini akhirnya berujung denda 200.000 dolar (atau setara Rp 2 miliar).
Jeremy Zimet memprediksi, kita bisa melihat lebih banyak kasus seperti ini di masa depan.
"Ini benar-benar tergantung pada jenis publikasi dan forum-nya. Jelas sudah, publikasi dengan pernyataan yang sangat serius, atau tuduhan yang sangat serius, dikombinasikan dengan target pembaca yang besar, akan mengundang bentuk kerusakan yang lebih tinggi," kemukanya.
Jumlah kasus pencemaran nama baik di media sosial tengah meningkat di saat situs seperti Twitter dan Facebook mengubah siapa saja- yang memiliki
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya