Jumlah Kelas Menengah Indonesia Dinyatakan Turun, Apa Penyebabnya?

Pengeluaran masyarakat kelas menengah khususnya untuk pajak atau iuran pada 2024 naik 1,05 persen dibandingkan pada tahun 2019.
Menurut Media, masyarakat kelas menengah mengalami hal yang "mungkin tidak ter-capture oleh data BPS."
"Betapa kelas menengah, ditarikin pajaknya terus-menerus, mereka bayar pajak penghasilan, VAT (PPN) belum lagi pajak yang harus mereka keluarkan setiap melakukan transaksi di bidang pendidikan, kesehatan, tapi mereka yang juga menerima relatif kecil manfaat atau insentif yang diberikan oleh pemerintah," katanya.
"Sehingga ketika income [pendapatan] mereka enggak meningkat, pengeluaran meningkat, mereka yang paling duluan terkapar."
Pengukuran garis kemiskinan di Indonesia adalah berdasarkan pengeluaran, bukan penghasilan, berbeda dengan di negara maju, menurut Media.
"Terlepas dari berbagai kekurangan ya, karena pengeluaran itu juga tricky dan sebetulnya memiliki kelemahan yang sangat signifikan ketimbang menggunakan income," katanya.
BPS mengakui mereka masih menggunakan standar perhitungan kemiskinan ekstrem yang lama dari Bank Dunia, yaitu Rp29.500 per hari per kapita.
Padahal standar perhitungan ini sudah direvisi ke angka Rp49.700.
Kelas menengah di Indonesia seringkali tidak mendapatkan bantuan ekonomi yang memadai dari pemerintah
- Krisis Pangan Global Mulai Terjadi, Bagaimana Status Indonesia?
- Akademisi Nilai Tata Kelola LPG 3 Kilogram jadi Solusi Subsidi Tepat Sasaran
- Kebijakan DHE SDA: Fondasi Kukuh Menuju Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
- Akademisi Nilai Konsesi Tambang untuk UMKM & Koperasi Wujud Keadilan Ekonomi
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Subianto Lantik 481 Kepala Daerah
- Pengusaha Diaspora Harap Iklim Usaha di Bawah Kepemimpinan Prabowo Baik