Jumlah Kelas Menengah Indonesia Dinyatakan Turun, Apa Penyebabnya?

Cara perhitungan ini menghambat masyarakat kelas menengah bawah yang seharusnya masuk kategori miskin dan bisa mengakses skema bantuan sosial.
Mengapa kelas menengah dianggap 'penopang ekonomi'?
Kelompok kelas menengah memiliki persentase konsumsi sebesar 82 persen dari total konsumsi seluruh masyarakat Indonesia, menurut Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti.
Jumlahnya yang tidak sedikit juga otomatis memengaruhi besaran kontribusi terhadap negara.
"Kelas menengah berkontribusi terhadap penerimaan perpajakan, mereka berkontribusi pembukaan lapangan kerja, dan mereka juga menentukan produktivitas perdagangan, ekspor, dan juga industri di Tanah Air," ujar Media dari CELIOS.
"Jadi ketika kelas menengah turun pendapatannya itu sebetulnya menggambarkan struktur ekonomi secara keseluruhan, menggambarkan industri manufaktur, menggambarkan industri jasa, progres pengembangan pendidikan, kesehatan, ekonomi masyarakat."
Dengan beberapa kontribusi ini, kelas menengah menurutnya merupakan "penopang ekonomi paling besar" di Indonesia.
"Kalau kelas menengah rentan, maka implikasinya terhadap PDB itu juga sangat signifikan sekali karena kontribusinya adalah yang paling besar dibandingkan kelas bawah dan kelas atas," ujarnya.
"Jadi itu menjadi patokan apakah ekonomi itu bergeser naik atau justru stagnan."
Kelas menengah di Indonesia seringkali tidak mendapatkan bantuan ekonomi yang memadai dari pemerintah
- PKSS Perkenalkan Contact Center 1500399 untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Bisnis
- Setiawan Ichlas Disambut Hangat saat Mudik ke Palembang, Lihat Ada Pak Gubernur
- JATMA Aswaja Tegaskan Komitmen Bangun Ekonomi Umat dan Cinta Tanah Air
- Proyeksi IMF, Indonesia Peringkat 7 PDB Terbesar Dunia pada 2025
- Catatan Utang Indonesia Terbaru, Sebegini Nilainya
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia