Jumlah Penderita Covid-19 Meningkat, Belanda Batal Melonggarkan Protokol Kesehatan Ketat
jpnn.com, DEN HAAG - Pemerintah Belanda diperkirakan akan menunda pelonggaran pembatasan penguncian atau ‘lockdown’ setelah melihat tingkat infeksi COVID-19 yang sangat tinggi dan membebani rumah sakit setempat.
Kantor Perdana Menteri Mark Rutte mengatakan pekan ini masih terlalu dini untuk melonggarkan protokol dan membiarkan banyak orang berkerumun di tempat umum.
Pihak berwenang berharap bisa membuka kembali kafe dan restoran luar ruangan minggu depan, tetapi kira-kira enam bulan setelah mereka tutup, tingkat infeksi tetap tinggi dan penerimaan perawatan intensif meningkat.
Kebijakan yang berlaku saat ini di Belanda, negara yang telah mencatat 1,3 juta kasus virus corona dan lebih dari 16.700 kematian, mencakup pemberlakuan jam malam pertama sejak Perang Dunia Kedua dan larangan pertemuan publik lebih dari dua orang.
Rutte akan mengumumkan keputusan terakhir kabinetnya dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
Hampir 70 persen dari tempat tidur perawatan intensif Belanda ditempati oleh pasien COVID-19.
Pada saat yang sama, asosiasi perhotelan dan walikota dari kota-kota terbesar telah meminta pemerintah untuk mengizinkan bisnis dengan tempat duduk di luar ruangan terbuka untuk pelanggan.
Seperti anggota Uni Eropa lainnya, Belanda lebih lambat dalam meluncurkan program vaksinasi COVID-19 daripada negara-negara seperti Amerika Serikat, Israel, dan Inggris.
Belanda lebih lambat dalam meluncurkan program vaksinasi COVID-19 daripada negara-negara seperti Amerika Serikat, Israel, dan Inggris.
- Mengenang Thomas Stanford Raffles, Perintis Resident Court Dalam Sistem Juri di Hindia Belanda
- Tipuan Magelang
- Usut Kasus Pengadaan APD Covid-19, KPK Periksa Song Sung Wook dan Agus Subarkah
- Saksi Ungkit Jasa Harvey Moeis dalam Penanganan Covid, Lalu Ungkap Pesan Jokowi & BG
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan