Jumlah Perceraian di Australia Meningkat, Dampak Pandemi?

Yang pertama terjadi selama lockdown pertama COVID di tahun 2020, kemudian apa yang dilihatnya sebagai "gelombang kedua."
Semula, kliennya banyak yang ingin segera berpisah ketika pandemi masuk ke Australia dan Turner menyadari bahwa masalah yang dihadapinya cukup serius.
Usaha mediasi yang dilakukannya sebelum COVID biasanya berlangsung selama empat sampai enam minggu, tetapi Turner mengatakan selama COVID proses mediasi menjadi lebih cepat.
"Saya berusaha menjadi penengah secara virtual, terus menerus, dengan pertemuan, pagi dan malam," katanya.
"Mereka yang terlibat dalam masalah rumah tangga ini kerja samanya lebih baik dibandingkan pengalaman yang saya lihat sebelumnya."
Lalu apa yang digambarkan oleh Stacey Turner sebagai gelombang kedua perceraian, terjadi setelah lockdown berlalu.
"Mereka mengalami masalah kesehatan mental yang lebih besar, juga dampak ekonomi, termasuk masalah sewa rumah, dan perubahan situasi pekerjaan," katanya.
"Berbagai kombinasi ini membuat situasi sangat serius dalam hubungan pernikahan yang bermasalah."
Data terbaru dari Biro Statistik Australia (ABS) menunjukkan angka perceraian naik 13,6 persen tahun lalu
- Siklon Alfred 'Tak Separah yang dibayangkan', Warga Indonesia di Queensland Tetap Waspada
- Dunia Hari Ini: Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap di Bandara
- 'Selama Ini Ternyata Saya Dibohongi': Kerugian Konsumen dalam Dugaan Korupsi BBM
- Keberadaan Seorang Warga Indonesia di Tasmania Sempat Dikhawatirkan
- Dunia Hari Ini: Angin Kencang Mulai Menghantam Pesisir Timur Australia
- Warga Indonesia Dilaporkan Hilang di Tasmania Setelah Putus Kontak dengan Keluarga