Jumlah Positif COVID-19 Melonjak Bukan Dampak Mudik Lebaran, Simak Penjelasan Masdalina Pane
"Bedanya, yang varian dari Afrika Selatan itu virulensi atau keganasannya tinggi. Namun tidak menyebar cepat. Jadi sekali orang terkena varian Afrika dalam waktu tiga hari bisa langsung meninggal," tegasnya.
Masda mengatakan banyak daerah di pulau Jawa kini menjadi episentrum, seperti di Kudus, Bandung, dan Jakarta. Meskipun tidak semua daerah dalam satu provinsi yang menunjukkan gejala.
Namun, lanjut Masda, data Satgas COVID-19 menunjukkan bahwa secara agregat menunjukkan DKI Jakarta yang mengalami kenaikan hingga mencapai 400 persen, Depok 305 persen, Bekasi 500 persen, Jawa Tengah 898 persen, dan Jawa Barat 104 persen.
Juru wabah ini juga mengutarakan bahwa lonjakan COVID-19 bukan merupakan dampak dari mudik lebaran.
Lonjakan justru terjadi karena kegagalan cegah-tangkal, yang berakibat masuknya varian India dan Afrika ke Indonesia.
"Lonjakan ini harus disebut kebobolan karena banyak orang masuk ke Indonesia dari luar negeri dengan ketentuan karantina hanya lima hari. Padahal, seharusnya 14 hari berdasarkan ketentuan masa optimum inkubasi dan ini menjadi standar organisasi kesehatan dunia (WHO)," ujarnya.
Masda juga menyebut bahwa lonjakan ini menunjukkan penularan lokal. Artinya, orang yang terkena COVID-19 ini sebagian besar tidak melakukan perjalanan luar negeri, namun terdampak varian baru.
"Ini menandakan sudah ada penularan lokal, jadi new emerging desease di Indonesia," tegas Masda.
Lonjakan kasus positif COVID-19 bukan dampak mudik Lebaran 2021, berikut ini penjelasan Masdalina Pane.
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di India Telan Puluhan Nyawa
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- Indonesia dan India Jalin Kerja Sama Produk Hilir Timah
- Korupsi Insentif Nakes RSUD Palabuhanratu, Polda Jabar Tangkap 3 Tersangka Baru
- Perempat Final Piala Suhandinata 2024: Garuda Muda Pantang Meremehkan India