Jumlah Turis Hutan Sangeh Turun Drastis, Kera-Kera Lapar Serbu Rumah Penduduk
Hutan Monyet Sangeh biasanya memiliki sekitar 6.000 pengunjung per bulan, tetapi ketika pandemi menyebar tahun lalu dan perjalanan internasional menurun drastis, jumlah itu turun menjadi hanya sekitar 500 pengunjung.
Sejak Juli, ketika Indonesia melarang semua pelancong asing ke pulau itu dan menutup tempat perlindungan bagi penduduk lokal, tidak ada seorang pun pengunjung.
Itu juga berarti tidak ada makanan tambahan untuk monyet-monyet di sana. Belum lagi, menurut manajer operasi kawasan tersebut, Made Mohon, tanpa biaya masuk, tempat itu juga kehabisan uang untuk membeli makanan bagi hewan-hewan itu.
Sumbangan dari penduduk desa menurut Made Mohon telah membantu, tetapi mereka juga merasakan kesulitan ekonomi dan secara bertahap pemberian dari warga ikut menurun.
“Pandemi berkepanjangan ini di luar dugaan kami,” kata Made Mohon.
"Makanan untuk monyet telah menjadi masalah."
Biaya makan monyet-monyet ini sekitar Rp 850.000 per hari, menurut Made Mohon, yang biasanya dibelikan 200 kilogram singkong, makanan pokok kera, dan 10 kilogram pisang.
Kera adalah omnivora dan dapat memakan berbagai hewan dan tumbuhan yang ditemukan di hutan, tetapi monyet di Hutan Monyet Sangeh telah memiliki cukup kontak dengan manusia selama bertahun-tahun sehingga mereka tampaknya lebih menyukai hal-hal lain.
Monyet-monyet yang lapar di Bali menyerbu rumah-rumah penduduk untuk mencari makanan yang enak disantap
- GB Sanitaryware dan Christian Sugiono Garap Project Rahasia di Bali
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan