Jumlah Warga Tiongkok Turun Signifikan Pascapandemi Covid-19, Ada Hal Bikin Waswas
Angka itu meningkat menjadi 7,37 per 1.000 penduduk pada 2022. Menurut BBC, Tiongkok untuk pertama kalinya memiliki angka kematian melebihi kelahiran.
Penurunan populasi itu diyakini sebagai buah kebijakan satu anak atau ‘One-Child Policy’ yang diberlakukan selama periode 1980-2015. Pembatasan jumlah anak dalam satu pasutri itu telah mencegah 400 juta kelahiran.
Namun, hal itu menyebabkan proporsi populasi usia pekerja berkurang signifikan sehingga memunculkan masalah memprihatinkan.
Data Biro Statistik Nasional memperlihatkan jumlah warga Tiongkok berusia produktif antara 16-59 tahun mencapai 875,56 juta jiwa. Angka itu setara 62 persen dari populasi Tiongkok.
Adapun warga berusia di atas 65 tahun mencapai 209,78 juta jiwa atau 14,9 persen dari populasi Tiongkok.
Ekonom dari Economist Intelligence Unit (EIU) Yue Su menyodorkan prediksinya soal hal yang akan terjadi pada Tiongkok dengan kondisi itu.
“Tren ini akan terus berlanjut dan mungkin memburuk setelah Covid,” ujarnya.
Yue memperkirakan kondisi ekonomi yang sulit akan membuat banyak orang menunda pernikahan maupun memiliki anak.
Populasi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) turun signifikan pada 2022. Angka penurunannya dianggap yang terburuk setelah masa The Great Famine pada 1959-1961.
- Wanita Global
- Halaman Belakang
- WNA China Tewas Kecelakaan di Sungai Musi, Dokter Forensik Ungkap Temuan Ini
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun