Junaidi Membuat Paving dan Batako dari Limbah Tahu Tempe, Awalnya Dicibir
"Awalnya ini dicibir. Dikatakan pekerjaan sia-sia," ungkapnya.
Baginya, cibiran itu wajar. Karena ini adalah hal baru. Tapi kami tidak patah arang. Kami semua bekerja dengan dana sendiri, dan itu semua berasal dari uang pribadi saya,” jelasnya.
Ia pun mulai mencari alat pendukung untuk membuat sebuah paving dan batako. Termasuk cetakannya. "Ternyata cetakan itu mahal. Kami tak punya uang," tutur Junaidi.
Sebagai solusi, ia pun memilih menyewa alat. Bukan membeli. "Saya menyewa dari seseorang. Rp 150 ribu dalam sehari,” ujarnya.
Hal pertama yang ia lakukan setelah itu, yakni mengambil beberapa cup semen, air, dan limbah tahu untuk diaduk jadi satu. Perbandingan bahannya, 40 persen semen, dan 60 persen limbah tahu.
"Awalnya gagal-gagal terus. Tapi kami belajar dari kegagalan itu. Kami tidak mau menyerah,” terangnya.
Dan kerja kerasnya itu membuahkan hasil. Ia kini bisa mencetak paving dan batako dengan sempurna.
"Setelah kami berhasil membuat batako dan paving. Tugas kami selanjutnya untuk menguji cobanya, untuk membuktikan bahwa barang yang kami ciptakan ini, bisa bermanfaat untuk orang lain, terutama untuk jalan-jalan rusak, nanti kami akan tambal menggunakan paving buatan kami,” imbuhnya.
Lingkungan tempat tinggal Junaidi Masriawan dipenuhi sampah limbah tahu tempe. Dan dari sanalah ide kreatifnya muncul. Dia membuat limbah itu jadi
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang