Juri Oat

Dahlan Iskan

Juri Oat
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Saya ikut. Ingin tahu."

"Mungkin tidak boleh ikut masuk."

"Enggak apa-apa. Di luar saja juga tak masalah".

Saya pun bergegas bikin oatmeal. Yang quick cook. Bukan yang instan. Tiga sendok. Pakai tepak tanpa tutup. Saya tuangi susu yang cukup. Tidak pakai tambahan air. Hanya itu.

Tepak saya masukkan microwave. Pertama 30 detik. Lalu 30 detik lagi. Tidak langsung satu menit agar didihnya tidak sampai tumpah.

Saya ambil juga tomat. Tiga buah. Saya masukkan tepak bertutup. Dimasukkan microwave satu menit. Kalau tepak tidak ditutup ledakan tomatnya bikin microwave kotor. Itulah yang terjadi di hari pertama. Letusan tomat ke mana-mana.

Di Surabaya tomat itu dikukus oleh istri. Di Lawrence harus masak sendiri.

Saya sudah akrab dengan sistem dapur Amerika. Pun di mana saja alat-alat dapurnya diletakkan: piring, sendok, wajan teflon, sotil, entong. Susunannya rapi. Tetap di situ. Sejak di rumah John yang di Evanville, Indiana, di rumah Hays maupun di Lawrence ini.

John kelihatan sedih. HP di tangannya. Itu hari ketiga saya tinggal di rumahnya. Tidak lagi di rumah lamanya di Hays. Dia sudah pindah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News