Jurus 3S, Solid, Speed, Smart untuk Menjadi Pemenang
Melalui sinergi Indonesia Incorporated maka kita akan mampu menciptakan apa yang saya dapat dari Kellogg Business School, yang disebut 3S-3B, yaitu: Size getting Bigger, Scope getting Broader, dan Skill getting Better. Jadi, melalui Indonesia Incorporated kita akan “Bigger-Broader-Better together.”
Untuk bisa solid, seringkali kita perlu menciptakan musuh bersama atau common enemy. Kenapa saya selalu menyebut Malaysia, Thailand, dan Singapura sebagai negara-negara kecil yang mengalahkan kita, tak lain karena saya ingin menciptakan “musuh bersama” yang harus kita kalahkan. “We need a common enemy to unite us.” Kita butuh musuh bersama sebagai pengikat persatuan dan katalis untuk mewujudkan kemenangan.
Di tahun 1990-an Samsung mencoba menggapai ambisinya untuk menjadi pemimpin pasar dengan menciptakan common enemy yaitu Sony yang sangat perkasa kala itu dengan meneriakkan: “ Beat Sony!!!”. Kini ambisi itu terwujud. Maka kita pun harus meneriakkan: “Beat Malaysia!!!” “Beat Thailand!!!” dan “Beat Singapore!!!”.
Berbicara mengenai Solid, saya teringat kisah menarik dari ahli strategi perang Tiongkok, Sun Tzu, yang hidup di Abad V Sebelum Masehi. Dia ditunjuk Raja Wu memimpin pasukan elite kerajaan yang beranggotakan 180 perempuan cantik yang merupakan istri selir raja.
Pasukan itu dibagi ke dalam dua kelompok yang masing-masing dipimpin oleh istri selir tercantik. Sun Tzu menghukum dua pemimpin pasukan tersebut dengan memenggal kepalanya karena mengabaikan perintahnya sampai tiga kali. Raja Wu keberatan, namun Sun Tzu tak bergeming karena sikap dua pemimpin pasukan tersebut telah melemahkan bahkan menghancurkan soliditas pasukan.
Moral cerita dari kisah Sun Tzu itu jelas, yaitu bahwa kalau sudah menyangkut soliditas pasukan, Sun Tzu tidak mau berkompromi. Baginya, soliditas pasukan adalah segalanya untuk bisa memenangkan peperangan. Berkaca dari kisah Sun Tzu, Kemenpar dengan segenap stakeholders-nya haruslah bersatu. Pelihara persatuan untuk memenangkan peperangan.
Speed
Speed di Kemenpar saya artikan sebagai kecepatan dalam berpikir (fast thinking), kecepatan dalam memutuskan (fast decision), dan kecepatan dalam masuk ke pasar (fast in getting to market) dengan menyingkirkan belitan-belitan birokrasi yang ada. “Simplify the complex things.” Sederhanakan sesuatu yang rumit agar kita bisa bergerak cepat.
Ingat, tahun 2016 ini sudah ditetapkan oleh Presiden RI sebagai tahun percepatan, tahun akselerasi. Dalam persaingan masa kini dan masa depan, speed itu penting. Presiden menegaskan bahwa salah satu fokus kebijakannya adalah deregulasi (di samping infrastruktur dan SDM) agar para pelaku bisnis tak terbelenggu aturan-aturan dan birokrasi.
JAKARTA – Minggu ke-2 di Rapat Pimpinan (Rapim) di Kantor Kemenpar, Lantai 16 Gedung Sapta Pesona, Menpar Arief Yahya kembali menuturkan poin-poin
- Kaltim Raih Tiga Penghargaan pada Ajang APBD Award 2024
- Polri Dinilai Penuhi Perlindungan Kelompok Rentan yang Berhadapan dengan Hukum
- Pleidoi Dirut RBT dalam Kasus Korupsi Timah, Mengaku Hidupnya Sial
- Mentrans Iftitah: PATRI Bisa Berkolaborasi Membangun Negeri
- J&T Cargo Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Sukabumi dan Cianjur
- Tantangan Baru Gubernur Jakarta Terpilih Menangani Polusi Udara