Jurus 3S, Solid, Speed, Smart untuk Menjadi Pemenang
Karena alasan itulah kita melakukan terobosan deregulasi pariwisata dengan penerapan Bebas Visa Kunjungan (BVK), penghapusan ketentuan Clearance Approval for Indonesia Teritory (CAIT), dan asas cabotage untuk cruise atau kapal pesiar asing. Kita juga membentuk Badan Otoritas dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Semua langkah ini tujuannya satu, untuk menjadikan kita speed, tidak lelet. Untuk memenangkan persaingan, tak ada kata lain, kita harus bergerak ngebut. Ingat, the fast eat the slow. Kalau kita tidak speed maka kita akan terus dimakan oleh Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Prof. Michael Porter dari Harvard Business School mengatakan ada empat strategi generik untuk memenangkan persaingan, yaitu: differentiation, cost leadership, focus, dan speed. Dari empat strategi tersebut kelemahan utama kita terletak di speed.
Coba saja lihat, dari sisi differentiation dan focus kita memiliki kekayaan alam melimpah masuk dalam top 20 dunia. Dari sisi cost competitiveness bahkan kita masuk top 3 dunia. Sementara dari sisi business environment yang saalah satu elemennya adalah birokrasi/regulasi kinerja kita sangat buruk. Menurut World Economic Forum hanya di posisi 93 yang kemudian naik menjadi 63 tahun lalu.
Smart
Kecepatan yang luar biasa tak akan ada gunanya jika pikiran dan tindakan Anda tidak Smart. Ide dan keputusan yang keliru akan membawa Anda terperosok ke dalam jurang, secepat apapun langkah yang Anda ambil. Karena itu berpikir, bersikap, dan bertindak secara cerdas sangat penting untuk menggapai kemenangan.
Cara Smart pertama adalah melakukan benchmarking. Saya sering mengatakan, cara paling efektif dan paling cepat untuk membawa organisasi kita menjadi yang terbaik adalah dengan melakukan benchmarking. Benchmarking dapat dilakukan antardivisi, antardirektorat, atau ke institusi lain. Dengan benchmarking, semua yang terbaik yang ada di unit atau organisasi lain akan ada di organisasi Anda.
Tidak percaya? Einstein pernah mengatakan, ”Orang biasa itu belajar dari kesalahan diri sendiri, sedangkan saya belajar dari kesalahan orang lain.” Jangan gengsi melakukan benchmarking, memangnya Anda paling pintar? Semakin Anda merasa pintar, maka Anda semakin menjadi orang biasa.
Jangan berpikir bahwa kita telah menemukan sesuatu yang baru, karena di suatu tempat, di suatu masa, seseorang telah berpikir atau telah membuatnya. Jack Welch mengatakannya sebagai NIH (“Not Invented Here”). Awalnya orang-orang GE arogan. Semua gagasan yang tidak datang dari GE dianggap tak berharga. Namun Jack Welch membalikkan paradigma tersebut. Ia marah sekali kalau ada yang tidak mau melakukan benchmarking ke perusahaan lain.
Cara Smart kedua adalah berinovasi. Saya bilang, “hasil yang luar biasa dapat dicapai dengan cara yang tidak biasa.” Kita tak akan bisa memenangkan persaingan kalau terus-menerus bekerja secara rutin alias business as usual. Kita tak akan menjadi yang terbaik kalau terus-menerus melakukan hal yang sama.
JAKARTA – Minggu ke-2 di Rapat Pimpinan (Rapim) di Kantor Kemenpar, Lantai 16 Gedung Sapta Pesona, Menpar Arief Yahya kembali menuturkan poin-poin
- Rawan Gangguan Keamanan di Sumbar, KAI Mewaspadai 6 Titik ini
- Mentrans Iftitah Minta PATRI Bersinergi dengan Tokoh-Tokoh Anak Transmigran
- Mantap! Bea Cukai Bontang Raih Predikat Zona Integritas Birokrasi Bersih dan Melayani
- Soroti Kasus Kekerasan Seksual Diselesaikan Lewat Pernikahan, Sahroni: Logika Keliru
- Dapat Hibah Kedaireka IRT-UM, LSPR Institute Tingkatkan Kualitas 2 Usaha Kopi
- Kasus Bayi Tertukar di RSI Cempaka Putih Berawal dari Kejanggalan, Begini Ceritanya