Jurus Mega
Oleh Dahlan Iskan
Dua orang itu pun all out memenangkan calon masing-masing. Dengan segala cara. Berhasil.
Yang menarik, dua orang itu sebenarnya bukan kader murni PDI Perjuangan. Risma adalah birokrat. Anas, bahkan, aktivis Nahdlatul Ulama.
Itu sebenarnya juga bisa dilihat sebagai keterbukaan sikap PDI Perjuangan pada potensi di luar partai. Itu, dari sudut pembangunan bangsa tentu pertanda yang amat baik: mengakomodasikan SDM berkualitas dari mana pun datangnya.
Di Surabaya Bu Mega sampai mengabaikan calon kuat dari internal partai. Yang itu sangat mengecewakan sebagian massa mereka.
Orang-orang itu sangat marah kepada Risma: mengapa tidak mau merekomendasikan kader PDI-Perjuangan sebagai calon wali kota.
Menjelang pilkada mereka itu tampil sangar, menyanyikan yel-yel 'Hancurkan Risma, Hancurkan Risma'. Dengan sangat emosional.
Video 'Hancurkan Risma' itu beredar sangat luas dalam waktu cepat. Rakyat Surabaya justru jatuh simpati pada Risma. Muncullah gerakan 'Bela Bu Risma' atau 'Kasihan Bu Risma'.
Calon satunya, yang rating-nya selalu di atas, langsung kehilangan angin. Machfud Arifin kalah telak.