Justice For Audrey: Lima Poin Catatan Psikolog Forensik Reza Indragiri
jpnn.com, JAKARTA - Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel ikut mengomentari kasus penganiyaan terhadap Audrey, 14, siswi SMP di Pontianak yang dikeroyok 12 remaja putri berstatus pelajar SMA. Yang menarik perhatian Reza adalah petisi #JusticeForAudrey mengalir deras.
"Petisi untuk Audrey mengalir deras. Persoalannya, apa tuntutan konkret dalam petisi tersebut? Saya tidak temukan," kata Reza dalam keterangan tertulisnya kepada JPNN.com, Rabu (10/4).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), lanjutnya, mewanti-wanti pentingnya antara lain penegakan UU Sistem Peradilan Pidana Anak. Sebuah pandangan normatif yang justru sewajarnya dibaca dengan kerut dahi.
BACA JUGA: Justice for Audrey: Detik – detik Rambut Siswi SMP itu Ditarik, Lantas…
Pertama, sepakatkah kita bahwa filosofi rehabilitatif dalam UU Sistem Peradilan Pidana Anak malah membuat hukum tampak melembek di mata anak-anak yang tabiatnya kian lama kian mengeras?
Kedua, sepakatkah kita bahwa sebutan juvenile delinquency (kenakalan remaja) - walau terkesan humanis - namun malah mengecilkan bobot keseriusan masalah? Jika ya, gunakan istilah criminal delinquency.
Ketiga, filosofi rehabilitatif membutuhkan kolaborasi antara institusi penegakan hukum dan institusi-institusi selain itu. Sepakatkah kita bahwa ketika filosofi rehabilitatif tersebut diterapkan, faktanya kesiapan multisektor, multikementerian, multilembaga masih belum sepenuhnya bisa diharapkan?
Psikolog forensik Reza Indragiri mempertanyakan tuntutan konkret apa dari adanya petisi #JusticeForAudrey.
- Mabes Polri Harus Buktikan Keaslian Bukti Chat Vina Cirebon
- Pakar Soroti Kasus Oknum Polwan Bakar Suami, Sebut Soal Candu
- Pakar Soroti Kemungkinan Penyebab Kecelakaan di KM 58 Tol Japek
- Heboh Ancaman Pembunuhan terhadap Anies, Analisis Reza Indragiri Bikin Ngeri
- Analisis Reza soal Penuntasan Kasus KM 50 hingga Penembakan Harun Al Rasyid yang Disoal Anies
- Pakar Membandingkan Joget Gemoy Prabowo dengan Trump & Yeltsin, Bermasalah