Jusuf Kalla: Mau Jadi Bupati hingga Presiden Ongkosnya Mahal
jpnn.com, JAKARTA - Eks Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai menjadi kepala daerah hingga presiden harus mengeluarkan ongkos yang besar. Hal itulah yang mendorong terjadinya praktik korupsi.
“Mau jadi bupati ongkosnya berapa. Mau jadi gubernur ongkosnya berapa. Mau jadi presiden apalagi ongkosnya lebih tinggi lagi menyebabkan butuh sponsor,” kata JK seusai acara penandatangan MoU Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan KPK terkait pendidikan antikorupsi di Kantor DMI, Jakarta, Kamis (13/4).
Ketua umum DMI itu menerangkan sponsor akan mengeluarkan uang yang dalam kata lain ialah investasi.
Uang yang dikeluarkan sponsor tentunya harus kembali.
“Itulah yang kemudian sebabkan adanya suatu gap-gap antarmasyarakat dan kemudian jadi orang berbuat tidak sesuai dengan aturan yang ada, untuk penuhi tadi,” jelas dia.
Meski demikian, JK mengatakan sistem pencegahan korupsi Indonesia sudah baik.
Namun, dia menilai sistem itu harus lebih baik lagi untuk mencegah adanya suatu ketimpangan yang sebabkan adanya ongkos tinggi dalam politik.
Di sisi lain, kata JK, kesadaran masyarakat mengenai sikap antikorupsi harus diperkuat.
Eks Wakil Presiden Jusuf Kalla menerangkan sponsor akan mengeluarkan uang yang dalam kata lain ialah investasi.
- Inilah Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Ada Nama Ujang Komarudin
- Tafsir Iqra
- Kementerian LH/BPLH Layangkan Surat Peringatan kepada 306 Kepala Daerah Terkait TPA Sampah, Ini Penyebabnya
- Akademisi Ini Sebut Tak Ada Intervensi Presiden di Pilkada 2024
- Menteri Nusron Wahid Diminta Presiden Concern Menata Ulang Tanah Negara
- Budi Gunawan Soroti Peran Stabilitas Polkam Daerah dalam Menunjang Pertumbuhan Ekonomi