Jusuf Kalla

Jusuf Kalla
Jusuf Kalla. Foto: Dok. JPNN.com

Bahkan setelah gagal di pertarungan kursi Presiden RI tahun 2009, Pak Jusuf tetap menjadi pemain utama di antara teman-teman dan kolega-kolega organisasinya. Meski tak lagi menjabat sebagai ketua Golkar ia masih terhantui dan terkadang merasa khawatir akan medan perpolitikan ke depan – ia mengingatkan semua orang akan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab seperti contoh bail-out Bank Century.

Baca Juga:

Namun, ia sendiri yang mengakui keterbatasan seorang Jusuf Kalla, tanpa malu-malu ia menyinggung kekurangannya saat ini adalah perihal dukungan dari partai besar: “Sama dengan Pak Mahfud dan Pak Dahlan Iskan, saya hanyalah penyanyi tanpa band.”

Menurut pengakuannya sendiri, fakta di lapangan saat ini sudah terbaur. Ia memberikan analogi “penyanyi/band” kepada sesamanya: “Ada orang yang memiliki band dan berpikir mereka bisa bernyanyi tetapi kenyataannya tidak pernah bernyanyi, sama juga mereka yang sudah jelas-jelas tak bisa bernyanyi  tetapi punya band yang bagus:” kode dan referensi untuk calon-calon presiden yang menonjol saat ini.

Ketika ditanya mengapa ia tidak mengikuti konvensi Partai Demokrat, jawabannya sangat tegas. Setelah saya sadar menyentuh titik sensitif, Pak Jusuf menjawab: “Saya lebih memilih untuk berada di jalan saya sekarang. Pemimpin itu tidak seharusnya berpindah-pindah partai. Itu menunjukkan kurangnya loyalitas seseorang.

“Saya adalah orang Golkar, mengapa saya harus mengikuti Partai Demokrat? Saya pasti tidak ingin melakukan itu. Kedua, konvensi ini telah diatur untuk meningkatkan elektabilitas partai, selain itu, saya sudah pernah menjadi Wakil Presiden RI, saya telah bekerja dengan Pak SBY. Apa gunanya saya bergabung dengan konvensi? Pak SBY tahu rekam jejak saya lebih dari sepuluh tahun bekerja dalam pemerintahan.”

Menurut Pak Jusuf, tantangan terbesar saat ini adalah persoalan kepemimpinan.

“Pemimpin  harus dekat dengan rakyat. Mereka harus mampu memecahkan masalah. Mereka harus tegas, tulus dan mampu mengangkat negara ini ke level yang lebih tinggi.”

Sementara banyak orang bilang kalau Pak Jusuf sedang mempromosikan dirinya sendiri, namun tidak ada keraguan bahwa ia sudah pernah berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat pasca-Reformasi di Indonesia – memiliki pengalaman berada di kabinet berturut-turut dari 1999 sampai 2009 dengan menjabat serangkaian posisi penting dari Kementerian Perdagangan dan Industri hingga Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan kemudian Wakil Presiden.

PEWARTA tidak bisa tidak mencintai Jusuf Kalla. Pribadi yang terbuka, percaya diri, berwawasan luas dan bijaksana, berusia tujuh puluh satu, mantan

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News