Jutaan Pemegang Visa Permanen Memengaruhi Pilihan WN Australia Dalam Pemilu

Perempuan berusia 39 tahun yang tidak mau nama keluarganya disebut ini mengatakan di masa lalu dia memilih partai Liberal namun di pemilu mendatang dia akan memilih Partai Buruh.
Ini disebabkan karena kesulitan yang dialami orangtuanya yang lansia untuk masuk ke Australia dari Tiongkok.
Ivy mengatakan orang tuanya tidak memenuhi syarat masuk ke Australia karena mereka mendapatkan vaksin Sinopharm, yang tidak diakui di Australia bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun.
"Saya sangat, sangat kecewa," katanya.
"Dan saya kira kinerja pemerintah federal tidaklah bagus dalam menangani pandemi ini, semuanya tidak terkontrol dengan baik."
Banyak yang kemudian juga menjadi WN Australia
Dr Sheppard menambahkan bahwa banyak di antara mereka yang sebelumnya memegang visa tinggal permanen ini akhirnya menjadi warga negara Australia.
"Bila mereka kecewa dengan perlakuan pemerintah terhadap mereka, kemudian mereka akan berpengaruh dalam pemilu ketika mereka akhirnya berhak memilih," kata Dr Sheppard.
Inilah yang dilakukan pemegang visa permanen asal Inggris Pierre Araman yang sudah tinggal di Australia dan Inggris berselang-seling sejak usia 14 tahun.
Ada jutaan pemegang visa permanen yang tinggal di Australia, yang tidak berhak memberikan suara
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Dunia Hari Ini: Barang-barang dari Indonesia ke AS akan Dikenakan Tarif 32 Persen
- Warga Indonesia Rayakan Idulfitri di Perth, Ada Pawai Takbiran
- Amerika Bakal Persulit Pemohon Visa yang Suka Menghina Israel di Medsos
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun