Kabar dari AS Kurang Baik, tetapi Rupiah Tak Bisa Bangkit, Aduh!

Kabar dari AS Kurang Baik, tetapi Rupiah Tak Bisa Bangkit, Aduh!
Nilai tukar (kurs) rupiah pada Senin pagi meningkat 47 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp 15.018 per USD. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada Senin pagi meningkat 47 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp 15.018 per USD.

Kurs yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menguat setelah rilis data inflasi inti Amerika Serikat (AS) pada Jumat (20/6) malam waktu setempat menunjukkan penurunan.

Sebelumnya, posisi rupiah berada pada Rp 15.065 per USD pada perdagangan sebelumnya.

"Rilis data inflasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Inti atau Core Price Consumption Expenditures (PCE) Index yang menurun membuka ekspektasi bahwa Bank Sentral AS, The Fed bisa melonggarkan kebijakan pengetatan moneternya ke depan," kata Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra kepada Antara di Jakarta, Senin.

Ariston mengatakan kondisi tersebut bisa mendorong pelemahan USD terhadap nilai tukar lainnya.

Inflasi inti AS, yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Inti menurun menjadi 4,6 persen pada Mei 2023 dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dari 4,7 persen (yoy) pada April 2023. Indeks inflasi inti ini menjadi salah satu dasar The Fed untuk menentukan arah kebijakan.

Di sisi lain, pasar masih mewaspadai isu pelambatan ekonomi global dimana perlambatan sudah terjadi di Eropa dan China.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur China yang akan dirilis sebentar lagi akan memberikan petunjuk ke pelaku pasar. Kekhawatiran ini bisa mendorong pelaku pasar kembali masuk ke aset aman.

Nilai tukar (kurs) rupiah pada Senin pagi meningkat 47 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp 15.018 per USD.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News