Kabinet itu Seumpama Rumah

Kabinet itu Seumpama Rumah
Kabinet itu Seumpama Rumah

Juga saat bertemu presiden. Suasana rileks, dan tak (ada) sungkan. Yang menang, jika pun ada perdebatan, adalah pikiran dan argumentasi, bukan departemennya. Lagipula, mengapa harus ada ego? Urusan departemen toh bukan urusan pribadi, dan tak ada kaitannya dengan gengsi pribadi sang menteri.

Urusan satu-satunya adalah kepentingan bangsa, negara dan rakyat. Mengapa seseorang menjadi presiden, wakil presiden dan menteri, pun tak lepas dari kepentingan bangsa, negara dan rakyat.

Kontrol sosial kala itu pun tajam disuarakan oleh KAMI dan KAPPI, kaum mahasiswa, pemuda dan pelajar yang ikut mendirikan Orde Baru. Namun presiden tak marah, juga saat mendengar kritik dari parlemen dan pers. Sayang, belakangan Orde Baru menjadi sangat represif, dan muncullah stigma anti-pembangunan terhadap kekuatan berbau oposisi.

Eh, masih ada satu lagi. Di awal Orde Baru, peranan tokoh berwibawa, berilmu, konsisten, tekun, jujur dan berdedikasi tinggi, juga sangat penting. Kala itu, Menteri/Ketua Bappenas Wijoyo Nitisastro sangat disegani oleh para menteri, bahkan juga oleh presiden.

JIKA dipikir-pikir, kabinet itu mirip rumah juga. Ada ayah dan ibu dan sejumlah putra-putri dengan tugas, kewajiban dan tanggung-jawab masing-masing.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News