Kabinet Nasib

Kabinet Nasib
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kalangan dokter sendiri sudah lama membicarakan ini: pun untuk jabatan direktur sebuah  rumah sakit, tidak harus  seorang dokter. Namunharus seorang manajer yang hebat –yang dia/ia bisa saja seorang dokter.

Rasanya saya tidak fair menulis soal ini. Ssstttt.... Saya orang pertama bukan insinyur menjadi Dirut PLN.

Yang juga tidak saya sangka adalah pengangkatan Sakti Wahyu Trenggono menjadi menteri kelautan dan perikanan.  Ia pengusaha murni. Bidang usahanya tower Telkom.

Ia-lah pemilik tower terbesar di Indonesia. Kayanya bukan main.

Trenggono sudah lama mendapat jatah menjadi menteri. Perannya memenangkan Presiden Jokowi sangat besar. Sejak periode pertama.

Bahkan Trenggono pernah mendadak dipanggil pulang dari Australia. Agar bisa dilantik menjadi Menteri BUMN. Ternyata yang dilantik adalah Rini Soemarno.

Di periode ke-2 Presiden Jokowi, akhirnya Trenggono masuk kabinet –meski di posisi wakil menteri pertahanan. Namun setidaknya Trenggono sudah 'latihan' menjadi birokrat. Agar tidak kaget lagi. Bahwa menjadi menteri itu ibarat 'pohonnya tinggi, buahnya jarang'.

Pohonnya tinggi berarti tiupan anginnya kencang. Buahnya jarang karena: menteri itu gajinya kecil. Fasilitasnya tidak mewah. Tidak ada apa-apanya kalau ukurannya adalah kekayaannya saat ini. Maka untuk apa lagi korupsi –mestinya.

Trio basket kembali bersatu di kabinet. Mereka juga sama-sama Islam –dari generasi Islam Amerika. Yang sangat toleran. Yang 'menjadi kaya' itu sama pentingnya dengan beriman.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News