Kaesang Masuk PSI, Pakar Yakin PDIP Tak Berani Menghukum Jokowi
Sebab, PDIP bisa kehilangan aset individu dengan kualitas dan kekuatan pemilih loyal. Seperti tokoh populer layakya Jokowi, Gibran, maupun Bobby Nasution.
"PDIP memang punya tokoh populer, tetapi belum tentu punya tokoh dengan DNA keterpilihan di Pemilu, seperti Jokowi dan keluarganya," ujarnya.
Dia menyebut, meski PDIP punya perolehan suara tinggi, tetapi ketokohan Puan Maharani dari segi elektabilitas yang diajukan sebagai capres/cawapres, kalah dengan Gibran yang didorong cawapres. Padahal umurnya belum mencukupi aturan persyaratan capres/cawapres.
Sehingga, kedepan PDIP akan lebih memilih tidak beresistensi dengan Jokowi dan Keluarga. Jika tidak individu-individu keluarga Jokowi akan santai saja meninggalkan PDIP, lalu bergabung bersama membangun dinasti Jokowi dalam pengelolaan kepartaian di PSI.
"Ini juga dikhawatirkan PDIP, seperti siapa yang diajukan di Jawa Tengah atau DKI Jakarta jika ditinggalkan Kaesang, padahal Kaesang berpotensi menang, dan didukung ke Jakarta atau Jawa Tengah," ucapnya.
"Bahkan, diyakini, Kaesang meskipun di PSI, jika maju ke walikota Depok, juga dipertimbangkan oleh PDIP. Sebab sebenarnya PDIP, mau tapi gengsi sama Kaesang," pungkasnya. (dil/jpnn)
Efriza menilai bahwa PDIP tak berani memberi sanksi Joko Widodo (Jokowi) terkait aturan satu keluarga harus satu partai
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif
- Jokowi Absen Pertemuan Eks Gubernur Jakarta, PDIP: Malu Namanya Masuk Daftar OCCRP
- Sugeng Budiono Apresiasi Kritik Haidar Alwi Terhadap Survei OCCRP
- Akademisi Nilai Daftar Tokoh Terkorup OCCRP Tidak Jelas Ukurannya
- Ketua DPP PDIP Said Abdullah Tanggapi Putusan MK Tentang Penghapusan Presidential Threshold
- KPK Periksa Eks Dirjen Imigrasi Ronny Sompie
- Palang Rel